FXStreet
Tayang pada
1 Juli 2025 pukul 00.00
Harga Kontrak Berjangka Batu Bara ICE Newcastle Menguat, Transisi Energi Indonesia Masih Lambat
Kontrak Agustus 2025 (LQKuartal 25) juga mencatatkan penguatan, naik USD 1,00 ke posisi USD 110,00. Meskipun dibuka lebih tinggi di USD 112,10, harga sempat turun ke level terendah harian USD 110,00. Volume transaksi pada kontrak ini lebih aktif dengan 29 lot dan open interest mencapai 947.
Di Indonesia, Harga Batubara Acuan (HBA) mengalami penurunan tipis dari periode pertama ke periode kedua Juni 2025 di seluruh kategori. HBA utama turun dari USD 100,97 menjadi USD 98,61 per ton, mencerminkan pelemahan permintaan atau ekspektasi pasar yang lebih hati-hati.
Di sisi lain, proyeksi jangka menengah justru menunjukkan sedikit optimisme. Pemerintah Australia memprakirakan harga batu bara metalurgi akan naik ke USD 201 per ton pada 2026-2027, dan harga batu bara termal Newcastle diproyeksikan berada di kisaran USD 110 serperti yang dilaporkan Reuters. Namun pada akhir Juni, kedua harga tersebut masih tertekan. Kontrak batu bara metalurgi di Bursa Singapura ditutup di USD 178,50, sementara harga Newcastle menurut globalCOAL berada di USD 108,87 – mendekati level terendah dalam empat tahun terakhir.
Optimisme jangka panjang masih bergantung pada pasar-pasar utama Asia. Permintaan dari Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan diharapkan tetap stabil. Meski demikian, tantangan tak kecil. Tiongkok dan India terus menggenjot produksi domestik dan menekan impor, sementara Jepang dan Korea Selatan gencar beralih ke energi bersih seperti LNG. Apalagi, kapasitas LNG global diprakirakan membanjiri pasar mulai 2027.
Di dalam negeri, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mendorong transisi energi. Hingga 2024, batu bara masih menjadi tulang punggung pembangkit listrik nasional dengan porsi dominan sebesar 68,18% dalam bauran energi. Sebaliknya, Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu, mengungkapkan bahwa hingga Mei 2025, bauran EBT baru mencapai 14,2%, padahal pemerintah menargetkan angka itu naik menjadi 15,9% pada 2025.
Meskipun Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) telah menetapkan roadmap ambisius menuju bauran energi hijau, realisasi di lapangan masih belum sejalan. Untuk mengejar ketertinggalan, pemerintah menyesuaikan target tahunan, dengan proyeksi bauran EBT mencapai 14,4% pada akhir 2025, kemudian meningkat secara bertahap menjadi 16,4% pada 2026, 21% pada 2030, dan 29,4% pada 2034.
"Kalau 2034 kita disiplin jalankan, maka 2034 itu sudah melampaui target RUKN (Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional) terhadap energi terbarukan. Yang penting kita konsisten," tegas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia pada Konferensi Pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta pada Kamis pekan lalu.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Tayang pada