KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR) sepanjang tahun ini akan dipengaruhi sejumlah hal. Salah satunya harga rata-rata batubara. Pada kuartal pertama 2025, UNTR membukukan kenaikan pendapatan 6% year on year (yoy) jadi Rp 34,3 triliun. Namun laba bersih turun 30% yoy menjadi Rp 3,2 triliun.

Analis Edvisor Profina Visindo, Indy Naila memproyeksi, akan ada diversifikasi pendapatan dari sektor alat berat yang menopang pendapatan UNTR. Lalu juga strategi diversifikasi pendapatan ke energi hijau yang secara jangka panjang memiliki prospek yang baik diiringi volume penjualan alat berat.

Namun memang volatilitas harga komoditas emas bisa mempengaruhi laba bersih dan margin profitabilitas. Indy melihat, target UNTR meningkatan penjualan Komatsu 4%, serta produksi dan penjualan emas mencapai 240.000 troi ons, masih realistis.

Diharapkan masih ada pertumbuhan permintaan batubara dari China. Lalu harga emas masih bisa stabil dapat mendukung kinerja keuangan UNTR. "Outlook suku bunga acuan juga jadi perhatian," ucap Indy, Rabu (16/7).

Adapun, harga acuan utama batubara Indonesia melemah sejak awal tahun, dengan rata-rata Indonesia Coal Index (ICI) 3 dan ICI 4 di US$ 64,8 per ton dan US$ 47,6 per ton. Masing-masing turun 15,6% dan 15,5% year to date (ytd).

Erindra Krisnawan dan Kafi Ananta, analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset 11 Juli 2025 mengatakan, harga batubara yang lemah di semester I didorong oleh permintaan yang lebih rendah dari perkiraan. Terutama dari pasar-pasar utama. Impor dari Tiongkok turun 7,9% yoy menjadi 189 juta ton pada lima bulan pertama 2025 dan impor India turun 7,2% yoy menjadi 38 juta ton pada kuartal I 2025.

Di sisi penawaran, ekspor batubara Indonesia kontraksi sebesar 8% yoy pada semester 1 2025, mengingat kondisi cuaca yang menantang.

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan peringkat netral untuk sektor pertambangan batubara di tengah harga batubara yang masih rendah. Sektor batubara saat ini diperdagangkan dengan valuasi rata-rata 5 kali PE, tetapi dengan risiko penurunan pada pendapatan.

Erindra dan Kafi melihat, UNTR masih cukup menarik karena menawarkan pendapatan yang lebih defensif dari bisnis kontraktor pertambangan, dengan imbal hasil dividen yang menarik sebesar 8%.

Volatilitas harga

Miftahul Khaer, Equity Research Kiwoom Sekuritas mengatakan, meskipun UNTR menghadapi tantangan di segmen tertentu, namun UNTR menunjukkan ketahanan di bidang mesin konstruksi dan pertambangan emas, sembari mengatasi tekanan margin di seluruh operasinya,

"Namun, saham UNTR masih terpapar risiko-risiko utama. Termasuk risiko harga komoditas, volatilitas harga batubara, nikel, dan emas yang memengaruhi pendapatan, risiko suku bunga dan mata uang," ujar Miftahul dalam riset 6 Juli 2025.

Miftahul memproyeksi, pendapatan UNTR pada 2025 sebesar Rp 135,77 triliun, naik dari Rp 134,42 pada 2024. Sementara laba bersih diprediksi turun tipis ke level Rp 19,48 triliun dari Rp 19,53 pada tahun lalu.

Miftahul merekomendasikan overweight UNTR dengan target harga Rp 28.725 per saham. Indy merekomendasikan buy on weakness UNTR dengan target harga Rp 25.000 Rp 26.000 per saham.

Erindra dan Kafi merekomendasikan buy UNTR dengan target harga Rp 23.800 per saham.