Bloomberg, Harga batu bara China diperkirakan menutup 2025 dengan sedikit penurunan, alih-alih lonjakan, menjelang tahun krusial dalam misi pemerintah setempat untuk memenuhi target iklimnya.

Bahkan setelah beberapa bulan yang lesu, produksi batu bara China masih mencatat rekor baru tahun ini. Harga yang sempat mencapai di atas 700 yuan (US$98) per ton pada Agustus, ketika permintaan AC biasanya mencapai puncaknya, kini telah mereda dan

Harga acuan batu bara China./dok. Bloomberg

Presiden Xi Jinping telah berjanji bahwa penggunaan batu bara akan mulai turun pada 2026, ketika rencana lima tahun negara berikutnya dirilis — sebuah langkah krusial untuk memastikan emisi karbon mencapai puncaknya sebelum akhir dekade ini.

Namun, melemahnya harga ini mempersulit upaya Beijing untuk merekayasa penurunan konsumsi bahan bakar utama China tersebut.

China Shenhua Energy Co., perusahaan tambang terbesar di negara itu, mengatakan pihaknya memperkirakan volatilitas yang lebih rendah pada paruh kedua tahun ini.

Hal ini sangat berbeda dengan kelangkaan batu bara yang memicu lonjakan harga dan pemadaman listrik di awal dekade ini.

Hal ini juga menimbulkan pertanyaan, di tengah dunia yang dilanda ketidakpastian energi dan lonjakan tagihan listrik, mengapa China mau melepaskan keuntungan yang ditawarkan batu bara murah.

Cengkeraman kuat pemerintah terhadap pasokan telah membuat mereka relatif lebih optimis dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir dalam menilai ancaman dari lonjakan permintaan.

Salah satunya, pembelian dari luar negeri dapat menutupi kekurangan apa pun jika pemerintah terus melanjutkan kampanye melawan kelebihan produksi yang turut menekan output bulan lalu.

Meskipun penurunan impor telah terlihat tahun ini, terlihat jelas bahwa impor melonjak 20% pada Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya untuk mengimbangi dampak hujan lebat dan pembatasan penambangan, ungkap HSBC Holdings Plc dalam sebuah catatan pekan lalu.

Lalu, ada peningkatan dramatis dalam penetrasi tenaga surya dan angin. Energi terbarukan kini lebih dari sekadar memenuhi pertumbuhan permintaan listrik.

Hal ini memungkinkan pengurangan penggunaan batu bara — meskipun bukan untuk mengurangi kapasitas, yang lebih disukai China sebagai penyangga.

Musim dingin yang lebih dingin akibat La Niña, atau pengeluaran besar-besaran oleh pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dapat mengganggu perhitungan seputar permintaan dan harga menjelang akhir tahun.

Namun, makin lama batu bara tetap murah dan melimpah, makin sulit untuk digantikan. Perannya yang makin besar dalam industri kimia justru membuat konsumsi lebih sulit dari yang diperkirakan.

Induk perusahaan Shenhua memperkirakan permintaan akan stagnan dalam jangka panjang, setelah puncak permintaan batu bara tercapai paling cepat tahun depan.