Business Insight
Tayang pada
21 Juli 2025 pukul 00.00
Andalkan Kontrak Jangka Panjang, BYAN Terus Ekspansi dan Kerek Produksi Batubara
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sedang gencar melakukan pengembangan fasilitas batubaranya. Ini sejalan dengan target produksi yang terus naik demi memenuhi pasokan ke kontrak jangka panjang ke pelanggan.
Di tengah dinamika yang terjadi di sektor batubara, BYAN tetap fokus memiliki kontrak jangka panjang baru dan memperbarui kontrak jangka panjang yang ada dengan tonase yang lebih tinggi.
Kepercayaan diri ini muncul karena pihaknya memperkirakan ke depannya pembangkit listrik dengan kalori yang lebih rendah akan semakin banyak dan permintaan terhadap batubara 4.200 GAR bakal meningkat. Sementara pembangkit listrik yang sudah lebih lama dengan kebutuhan 6.000 GAR diperkirakan akan diberhentikan.
Perpanjangan kontrak telah dilakukan BYAN dengan sejumlah kliennya. Misalnya saja, Bayan telah memperpanjang kontrak pasokan batubara selama 8 tahun (2032-2039) dengan total tonase kontrak maksimum 17,6 juta MT. Pasokan maksimum sekitar 2,2 juta MT/tahun dari tambang batubara Tabang kepada GN Power Dinginin Ltd. Co.
Pihaknya juga telah memperpanjang kontrak pasokan batubara selama 9 tahun (2024-2032) dengan total tonase kontrak 10,8 juta MT. Pasokannya sekitar 1,2 juta MT/tahun batubara Tabang kepada Korea Midland Power Co., Ltd.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, BYAN juga melakukan pengembangan fasilitas terminalnya. Terpantau perusahaan milik taipan Dato' Low Tuck Kwong ini sudah melakukan transaksi hingga lebih dari Rp 3 triliun dengan anak usahanya.
Terbaru, BYAN akan mengakuisisi Terminal Khusus Batubara di Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan anak usahanya dengan nilai transaksi lebih dari Rp 3 triliun.
Dalam keterbukaan informasi BYAN mengumumkan akan melakukan akuisisi terminal khusus batubara yang dimliki oleh PT Fajar Sakti Prima selaku pemilik aset. Nah Fajar Sakit Prima sendiri merupakan perusahaan yang 90% sahamnya dimiliki BYAN.
"Akuisisi terminal khusus batubara senilai Rp 3,3 triliun belum termasuk PPN," ujar Sekretaris Perusahaan BYAN Jenny Quantero dalam keterbukaan informasi, Jumat (18/7/2025).
Jenny menjelaskan lebih lanjut, transaksi afiliasi ini dilakukan agar terminal khusus batubara dapat optimal dalam operasional kegiatannya.
Transaksi pembelian terminal khusus batubara senilai Rp 3,3 triliun ini berlokasi di Desa Sebelang, Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Adapun objek pembelian ini berupa tanah senilai Rp 69,06 miliar, objek bangunan kantor, mes, dermaga, dan infrastruktur pendukung senilai Rp 1,31 triliun.
Pembelian juga termasuk pada mesin, peralatan, alat berat, dan kendaraan senilai Rp 1,54 triliun. BYAN juga akan mengambilalih objek berupa construction in progress dan suku cadang sebesar Rp 375,9 miliar.
Berdasarkan analisis pendapat kewajaran Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Daz & Rekan, alasan akuisis fasilitas pengangkutan batubara Fase 3A, Muara Pahu Jetty ialah dapat menambah profitabilitas secara grup karena menambah fasilitas pengangkutan baru. Dengan begini diharapkan dapat memperlancar proses logistik batubara, memenuhi permintaan pasar dan target penjualan.
Fasilitas ini juga akan menekan dan mengurangi biaya keterlambatan pengiriman batubara ke pelanggan. BYAN juga dapat meningkatkan kapasitas volume pengangkutan batubara yang sejalan dengan rencana produksi.
Selain mengakuisisi terminal, BYAN juga sekalian melakukan transaksi dengan PT Nirmala Matanusa selaku pelaksana konstruksi pembangunan terminal khusus batubara. Pengembangan ini ditengarai akan memakan dana Rp 151,69 miliar.
Semua transaksi ini merupakan afiliasi karena Dato' Low Tuck Kwong merupakan pengendali BYAN, PT Fajar Sakti Prima, dan PT Nirmala Matanusa.
Low Tuck Kwong juga menjabat sebagai Direktur Utama BYAN dan PT Fajar Sakti Prima. Dia juga menduduki posisi Komisaris di PT Nirmala Matanusa.
Jenny menjelaskan lebih jauh, pengembangan terminal khusus batubara oleh PT Nirmala Matanusa karena akan lebih menguntungkan dari sisi harga dibandingkan dengan pihak lain.
PT Nirmala Matanusa memberikan penawaran yang lebih rendah karena dapat menekan biaya mobilisasi dan demobilisasi atas peralatan yang dibutuhkan oleh BYAN.
Selain punya pengalaman membangun jetty, PT Nirmala Matanusa memiliki fleksibilitas dalam menyelesaikan proyek sesuai dengan yang diharapkan baik dari sisi kualitas, desain, waktu penyelesaian dan hal terkait dengan penyelesaian proyek.
Nah ruang lingkup perjanjian jasa dengan Nirmala Matanusa berupa pekerjaan sipil dan pemasangan komponen struktur dan mekanikal. Perjanjian jasa yang dibuat untuk jangka waktu delapan bulan.
Dari Rp 151,69 miliar, sebesar 30% dar harga kontrak sebagai uang muka dan akan dibayarkan setelah perjanjian ditandatangani.
Lalu sebesar 65% dari harga kontrak dibayarkan secara bertahap sebagai pembayaran kemajuan pekerjaan bulanan. Lalu sisanya 5% dari harga kontrak dibayarkan setelah pekerjaan selesai.
Kembali mengutip penjelasan KJPP, pengembangan fasilitas pendukung terminal khusus batubara, Muara Pahu Jetty agar kegiatan support & maintenance dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
Lantas dengan penanganan dan pemeliharaan yang baik pada unit aset yang dimiliki, dapat mencegah kerugian finansial yang mungkin timbul dari melauasnya kerusakan pada unit rusak yang tidak segera diperbaiki.
Sebelumnya, BYAN juga telah melakukan transaksi dengan PT Dermaga Perkasapratama (DPP) dan PT Nirmala Matranusa untuk penyediaan jasa pelaksana konstruksi perluasan Jetty Fase 6A yang berlokasi di Balikpapan Coal Terminal, Kalimantan Timur.
PT Dermaga Perkasapratama merupakan pengguna jasa dan PT Nirmala Matranusa selaku penyedia jasa yang merupakan pihak afiliasi BYAN.
Jenny dalam keterangan resmi menyatakan, pekerjaan proyek kostruksi perluasan Jetty Fase 6A untuk meningkatkan nilai ekonomis Balikpapan Coal Terminal.
Seiring dengan peningkatan penjualan secara grup, Manajemen BYAN ingin agar proses transhipment batubara dapat berjalan lancar. Alhasil permintaan pasar dapat terpenuhi.
Selain itu pekerjaan proyek konstruksi dilakukan untuk memperlancar jalur distribusi logistik batubara dari hulu ke hilir. Peningkatan kapasitas volume transhipment batubara dilakukan agar sejalan dengan peningkatan rencana produksi.
Agenda bisnis dan target di 2025
Melansir Laporan Tahunan 2024 BYAN terungkap ada sejumlah proyek yang akan diselesaikan di tahun ini.
BYAN telah menyelesaikan pekerjaan jetty ekspor kedua di BCT dengan shiploader 2 x 4.000 MT/ hour (tph).
Pemuatan pertama dengan menggunakan fasilitas ini dimulai pada Juli 2024.
Sementara, pekerjaan masih berlangsung untuk jetty impor baru dengan unloading crane 4 x 1.500 tph, yang diperkirakan akan selesai pada semester pertama 2025.
Bayan Resources juga telah menyelesaikan sebagian besar landasan terbang dan fasilitas bandar udara baru di Tabang dengan sejumlah percobaan pendaratan dan keberangkatan pada 2024. Izin penuh bandar udara ini diperkirakan akan diperoleh pada semester pertama 2025.
Selain itu, perusahaan batubara ini telah melakukan eksplorasi dilanjutkan di Proyek Tabang dengan pengeboran difokuskan di konsesi PT Fajar Sakti Prima (FSP) dan PT Tanur Jaya (TJ).
Di sepanjang 2025, BYAN memperkirakan produksi yang lebih tinggi dibandingkan 2024 sebesar 69 juta Metrik Ton (MT) sampai 72 juta MT.
Peningkatan ini difasilitasi oleh penyelesaian jalan pengangkutan ke Sungai Mahakam pada tahun 2024, yang akan semakin meningkatkan pertumbuhan Bayan Group di fase berikutnya.
Pihaknya juga telah memperkirakan harga jual batubara rata-rata untuk Newcastle (6.322 kcal/kg GAR) senilai US$125/MT dan ICI4 (4.200 kcal/kg GAR) senilai US$55/MT pada tahun 2025. Hal ini diantisipasi menghasilkan harga jual rata-rata batubara BYAN antara US$ 58,0/MT hingga US$ 60,0/MT.
Dengan demikian pendapatan BYAN diperkirakan bisa mencapai kisaran US$ 4,1 miliar hingga US$ 4,4 miliar. EBITDA diperkirakan antara US$ 1,4 miliar hingga US$ 1,6 miliar.
Belanja modal yang dipersiapkan BYAN diperkirakan antara US$ 200 juta hingga US$ 300 juta. Capex ini. sebagian besar difokuskan pada relokasi fasilitas camp sehingga pihaknya dapat memperoleh akses atas tambahan 80 juta MT batubara, diversi sungai, serta sejumlah proyek peningkatan efisiensi, seperti lanjutan pengaspalan jalan angkut batubara ke Muara Pahu.
"Dengan proyek-proyek ini, kami dapat meningkatkan produksi di Tabang pada tahun-tahun berikutnya hingga lebih dari 80 juta MT/tahun," ujar Manajemen BYAN.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Tayang pada
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Tayang pada