Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terpantau kembali terpuruk dan mendekati level terendah dalam empat tahun terakhir. Melemahnya harga dipicu peningkatan produksi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Peningkatan produksi dikhawatirkan membuat kelebihan pasokan sehingga harga tertekan.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 17 Februari 2025 tercatat sebesar US$104,6/ton atau turun 0,48% dibandingkan penutupan perdagangan 14 Februari 2025 yang sebesar US$105,1/ton.

Posisi harga batu bara kali ini merupakan yang terendah dalam hampir empat tahun terakhir atau 20 Mei 2021.

China mengumumkan bahwa produksinya akan meningkat 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada 2025 setelah mencetak rekor pada 2024. Langkah ini bertujuan untuk memperluas kapasitas pertambangan guna menghindari risiko ketersediaan akibat pembatasan emisi karbon dan penutupan tambang karena pelanggaran protokol keselamatan.

Perkembangan ini terjadi ketika utilitas sudah menghadapi persediaan batu bara yang mencapai rekor tertinggi, meningkat 12?lam dua bulan yang berakhir pada Oktober.

Selain itu, produksi batu bara Indonesia naik ke rekor tertinggi 836 juta ton pada 2024, 18% di atas targetnya, sementara investasi negara dalam sumber energi alternatif semakin membatasi prospek permintaan batu bara.

Faktor-faktor ini cukup untuk mengimbangi peningkatan konsumsi dari China.

Konstruksi pembangkit listrik tenaga batu bara mencapai level tertinggi dalam satu dekade tahun lalu, sementara konsumsi diperkirakan meningkat akibat tarif balasan baru terhadap LNG AS.

Mongolia juga berencana meningkatkan produksi danekspor batubara ke China hampir 20% pada tahun 2025. Mongolia bertujuan mencapai kapasitas ekspor sebesar 165 juta ton. Sebuah jalur kereta api lintas batas baru antara kedua negara diperkirakan akan mendukung pertumbuhan ini.


CNBC INDONESIA RESEARCH

(rev/rev)

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/research/20250218060938-128-611396/mengenaskan-harga-batu-bara-ambruk-dekati-level-terendah-4-tahun