
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara melonjak pada Rabu (26/3/2025). Hal itu karena ditopang bejibun sentimen positif, mulai dari konsumsi energi batu bara meningkat hingga pemangkasan produksi Glencore.
Harga batu bara Newcastle untuk Maret 2025 naik US$ 0,35 menjadi US$ 96,75 per ton. Sedangkan April 2025 melejit US$ 2,15 menjadi US$ 100,4 per ton. Sementara itu, Mei 2025 melonjak US$ 2 menjadi US$ 103,25 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Maret 2025 terkerek US$ 0,55 menjadi US$ 97,6. Sedangkan, April 2025 menguat US$ 1,6 menjadi US$ 99,25. Sedangkan pada Mei 2025 meningkat US$ 1,9 menjadi US$ 99,05.
Permintaan energi global mengalami pertumbuhan lebih cepat dari biasanya pada 2024, didorong oleh lonjakan konsumsi listrik dan gelombang panas yang memecahkan rekor, menurut laporan terbaru Global Energy Review dari International Energy Agency (IEA). Laporan tersebut mengungkapkan bahwa permintaan energi global meningkat sebesar 2,2% pada tahun lalu, melampaui kenaikan tahunan rata-rata 1,3?lam satu dekade terakhir.
Meskipun pertumbuhan ini masih di bawah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global yang mencapai 3,2%, peningkatan tersebut menunjukkan akselerasi yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Negara-negara berkembang dan ekonomi baru menyumbang lebih dari 80?ri total peningkatan tersebut.
Permintaan batu bara meningkat tipis 1%, hanya setengah dari laju pertumbuhan yang terlihat pada 2023. Gelombang panas ekstrem di China dan India, yang secara signifikan meningkatkan kebutuhan listrik untuk pendinginan, menyumbang lebih dari 90?ri lonjakan konsumsi batu bara global. Hal ini semakin menegaskan dampak perubahan iklim terhadap tren energi dunia.
Di AS, pembangkitan listrik berbasis batu bara meningkat pada awal 2025, bukan karena dorongan dari Presiden Donald Trump untuk menggunakan ‘batu bara bersih dan indah’, melainkan akibat musim dingin terdingin dalam enam tahun terakhir yang mendorong lonjakan permintaan listrik.
Kenaikan tajam harga gas alam membuat pembangkitan listrik berbasis gas lebih mahal dibandingkan batu bara. Akibatnya, produsen listrik AS lebih banyak mengandalkan batu bara dibandingkan gas untuk memenuhi permintaan listrik. Data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa pada Januari 2025, total pembangkitan listrik AS meningkat 5,5% secara tahunan, dengan pembangkitan listrik dari batu bara meningkat di hampir seluruh wilayah kecuali di bagian barat.
Pemangkasan Produksi Glencore
Tidak hanya itu, harga batu bara juga ditopang oleh keputusan Glencore Plc yang mengumumkan pemangkasan produksi batu bara sebagai langkah untuk menghentikan penurunan harga yang berkepanjangan. Dengan mengurangi produksi di tambang Cerrejon, Kolombia, sebanyak 5 hingga 10 juta ton dari perkiraan awal. Dengan demikian, tambang tersebut hanya akan memproduksi sekitar 11 hingga 16 juta ton batu bara sepanjang tahun ini.
"Pemangkasan ini terutama didorong oleh harga batu bara termal global yang tidak berkelanjutan," ujar Glencore dalam pernyataan resminya pada Selasa (26/3).
Glencore dikenal memiliki strategi memangkas produksi saat harga batu bara melemah. Perusahaan ini sebelumnya telah menyatakan kesiapannya untuk mengambil tindakan guna melindungi salah satu komoditas terpentingnya.
Keputusan pemangkasan produksi ini diambil seiring dengan harga batu bara yang terus merosot ke level terendah sejak pertengahan 2021. Penurunan ini disebabkan oleh rekor produksi batu bara di India dan China, yang menyebabkan stok di kedua negara tersebut melimpah.
Kontrak berjangka batu bara Newcastle, Australia, kini turun menjadi sekitar USD 100 per ton, atau anjlok sekitar 20% sejak awal tahun. Padahal, harga batu bara sempat mencapai rekor tertinggi di atas US$ 450 per ton pada September 2022, menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Kenaikan harga saat itu memicu lonjakan produksi dan peningkatan keamanan energi global.
Namun, kondisi saat ini sangat berbeda. Glencore, yang sempat mencetak laba besar dua tahun lalu akibat krisis energi global, kini menghadapi penurunan pendapatan yang signifikan. Sebelumnya, perusahaan ini menargetkan produksi batu bara antara 92 juta hingga 100 juta ton sepanjang tahun 2024, tetapi dengan kebijakan terbaru, angka tersebut kemungkinan akan lebih rendah.
Editor: Indah Handayani
Sumber: https://investor.id/market/393453/harga-batu-bara-melonjak-ditopang-bejibun-sentimen-positif