Koran Jakarta
Tayang pada
3 September 2025 pukul 00.00
Tambang Batu Bara Tua di Sawahlunto: Antara Warisan Budaya dan Perbaikan
Di dalam lorong bekas pertambangan batu bara di sudut Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, sejumlah orang terlihat duduk beralaskan tumpukan batu dan potongan-potongan kayu. Samar terdengar suara mereka yang sedang menyiapkan rencana perbaikan kerusakan minor pada dinding lubang sepanjang 1,5 kilometer tersebut.
Mereka ialah para pekerja dari satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pertambangan yakni PT Bukit Asam Tbk. Bermodalkan cahaya dari alat bantu penerangan yang terikat di kepala, mereka bekerja sembari menembus kelam dan sunyinya lubang yang dinamai Sawah Luwung, satu dari sekian banyak lubang tambang di Desa Rantih, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.
Melirik sekilas beberapa abad silam, bekas pertambangan batu bara di Kota Sawahlunto merupakan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang berhasil menemukan cadangan batu bara pada 1868.
Kala itu, ahli geologi asal Belanda yang bernama WH de Greve mendapati kandungan emas hitam di kota yang dijuluki Kota Arang tersebut. Hal ini sekaligus menandai era dimulainya eksplorasi besar-besaran batu bara di Ranah Minang.
Setelah masa kemerdekaan, Indonesia mengambil alih pertambangan batu bara yang ditinggalkan Belanda. Tepat pada 1980, PT Bukit Asam Tbk melakukan perluasan dan membangun terowongan yang kini dinamai Sawah Luwung.
Jutaan ton batu bara yang dieksplorasi kemudian dibawa menggunakan kereta api ke Pelabuhan Emmahaven atau kini dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang. Usai beroperasi selama 36 tahun, tepatnya pada 2016 PT Bukit Asam Tbk menghentikan eksplorasi tambang batu bara dari lubang tersebut.
Lubang pendidikan
Selepas tidak lagi beroperasi, nyatanya PT Bukit Asam Tbk tidak serta merta menutup habis aktivitas di Sawah Luwung. Perusahaan ini justru melihat terdapat potensi lain yang bisa digarap agar lubang bekas tambang itu tak sekadar dikenal melalui catatan sejarah semata, melainkan benar-benar eksis.
Apalagi, pada umumnya, lubang-lubang tambang yang sudah tidak memiliki cadangan batu bara akan ditutup permanen agar tidak menimbulkan persoalan baru seperti adanya reruntuhan dan sebagainya.
Pada 2019, PT Bukit Asam Tbk resmi menjadikan Sawah Luwung sebagai lubang pendidikan tambang bawah tanah pertama di Indonesia. Selain sebagai sarana edukasi dunia pertambangan di tanah air, Sawah Luwung juga menjadi destinasi wisata sejarah di Kota Tambang itu.
Supervisor Keselamatan Tambang Dalam Sawah Luwung PT Bukit Asam Tbk Ombilin Mining Site Asmaliardi mengatakan awalnya Sawah Luwung merupakan salah satu lubang tambang batu bara yang produktif dan telah menghasilkan jutaan ton emas hitam. Namun, operasional Sawah Luwung akhirnya berhenti sejak sembilan tahun silam.
Kini, terowongan yang masih menyimpan kandungan batu bara itu disulap menjadi fasilitas pendidikan oleh PT Bukit Asam Tbk bekerja sama dengan perguruan tinggi khusus yang mempunyai jurusan teknik pertambangan. Sebagian terowongan atau sekitar 1,5 kilometer telah direvitalisasi untuk simulasi operasi tambang, penelitian ventilasi, pelatihan evakuasi dan studi geoteknik.
Di dalam lubang pendidikan yang memiliki tinggi sekitar tiga meter dengan elevansi 214 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, mahasiswa pertambangan akan menjumpai langsung jejak-jejak kejayaan batu bara puluhan tahun lampau.
Mulai dari rel perlintasan lori yang berfungsi mengangkut batu bara hingga mesin-mesin pertambangan yang didatangkan langsung dari Eropa. Meskipun sudah berusia puluhan tahun, hebatnya semua peralatan itu masih dapat berfungsi dengan baik.
Seketika memasuki terowongan bekas tambang itu, pengunjung akan diperlihatkan kecanggihan sistem ventilasi yang dahulunya sempat beroperasi. Sawah Luwung telah menerapkan sistem ventilasi mekanis yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar ke area kerja tambang serta mengalirkan udara kotor ke permukaan.
Udara masuk melalui jalur intake dan keluar melalui return airway, dibantu oleh kipas utama. Sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan oksigen pekerja dan mengencerkan gas berbahaya seperti metana dan karbon dioksida, serta mengontrol suhu dan kelembapan dalam terowongan. Kemudian, ventilasi utama didukung oleh kipas utama yang beroperasi dalam konfigurasi exhaust system.
Untuk sistem penyangga terowongan, Sawah Luwung sudah termasuk dalam kategori modern sebab menerapkan rock bolt dan wire mesh untuk penguatan atap. Selanjutnya, penerapan beton semprot yang berfungsi meningkatkan kekuatan massa batuan hingga penggunaan kayu penyangga.
Asmaliardi mengatakan saat mahasiswa magang melakukan studi di lubang tersebut, maka PT Bukit Asam Tbk akan membawa pengunjung ke salah satu titik bekas pengeboran batu bara. Di lokasi itu, mereka dapat melihat langsung batu bara lapisan C atau salah satu kualitas terbaik di dunia dengan kandungan kalori 6.500 hingga 7.000 Kkal.
"Batu bara dari formasi Ombilin memiliki nilai kadar kalori yang tinggi, kadar sulfur rendah. Ini menjadikannya komoditas ekspor unggulan di masa operasi komersil," ujar pria yang sudah mengabdi di PT Bukit Asam Tbk sejak 1983 itu.
Sementara itu, Kepala Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) Sawahlunto, Darius Agung Prata mengatakan Sawah Luwung merupakan sarana penunjang pendidikan khususnya sektor pertambangan di Indonesia.
"Lubang pendidikan Sawah Luwung ini merupakan sarana yang strategis karena memberikan pengalaman tambang bawah tanah secara langsung kepada peserta didik," kata Darius.
Secara khusus, BDTBT yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selalu mengajak peserta pelatihan atau magang ke lubang pendidikan Sawah Luwung. Sebab, meskipun sudah memiliki lubang tambang buatan khusus pelatihan, kunjungan langsung ke Sawah Luwung bertujuan untuk memperkaya pemahaman tentang pertambangan bawah tanah.
Sebagai salah satu eks tambang bawah tanah khususnya batu bara dan terbesar di Indonesia, Sawah Luwung bisa disebut sebagai pertambangan modern. Tersedianya peralatan yang tergolong lengkap, sistem sirkulasi udara hingga tiang-tiang penyangga yang mutakhir menjadikannya sebagai sarana pendidikan yang layak untuk rujukan dunia pendidikan khususnya pertambangan.
Dari pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Kementerian ESDM lewat BDTBT, kualitas batu bara di Kota Sawahlunto termasuk yang masih terkandung di Sawah Luwung merupakan kelas wahid.
Darius menyebut selain pasokan yang melimpah, batu bara di Kota Sawahlunto menjadi alasan kuat Belanda, ketika itu, untuk mengeksplorasi perut bumi di kota itu secara besar-besaran.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada