KUMPARAN
Tayang pada
20 Oktober 2025 pukul 00.00
Tak Ada Jalur Khusus, Perusahaan Batu Bara di Sumsel Kesulitan Distribusi
Aktivitas tambang batu bara di Sumatera Selatan (Sumsel) nyaris lumpuh dalam tiga bulan terakhir. Ketua Asosiasi Batu baraSumsel, Andi Asmara, mengungkapkan bahwa kondisi ini telah membuat banyak perusahaan tambang di wilayah Muara Enim dan Lahat berada di titik kritis.
“Itu cost-nya besar sekali, nggak mungkin bertahan lama. Tiga bulan berhenti saja sudah kritis,” ujar Andi, Jumat (17/10/2025).
Mandeknya operasional tersebut disebabkan oleh belum tersambungnya jalan khusus angkutan batu barayang menjadi jalur utama distribusi. Saat ini, panjang jalan khusus baru mencapai 120 kilometer, padahal proyek koneksi antar tambang menargetkan total panjang 150 kilometer agar seluruh tambang di lintas Muara Enim–Lahat bisa saling terhubung.
“Artinya semua tambang akan kita koneksikan. Dari Tanjung Enim–Muara Enim masuk ke tambang BAS milik Grup Titan, PT Bara Murti, eks tambang ABS, GGB, kemudian ke Banjar Sri Bumi atau C-Way RDP, sampai tembus ke jalan SLR,” jelasnya.
Penyambungan jalan antar tambang itu kini menjadi fokus utama pemerintah daerah. Wakil Gubernur Sumsel Cik Ujang bahkan telah memerintahkan percepatan pembangunan agar bisa segera difungsikan, sesuai instruksi Gubernur Sumsel Herman Deru yang menekankan pentingnya jalan khusus sebagai solusi kemacetan dan keselamatan transportasi batu bara.
Meski begitu, dirinya menyebutkan proses di lapangan tidak berjalan mulus. Sejumlah faktor menjadi kendala, mulai dari cuaca ekstrem yang terus basah sepanjang tahun, hingga penggunaan lahan tambang aktif yang membuat sebagian jalur belum bisa dibuka.
“Hujan terus, istilahnya tahun ini kita tidak melihat matahari. Harusnya Mei sampai November itu panas, tapi ini malah hujan. Jadi pekerjaan di lapangan sulit, belum lagi ada fasilitas tambang yang harus kita jaga,” ungkap Andi.
Bahkan dirinya mengaku dengan keterlambatan koneksi jalan tersebut, angkutan batu baradari Tanjung Enim dan Lahat praktis berhenti total. Beberapa perusahaan besar seperti Grup Titan yang mengoperasikan tambang dan jalan SLR juga terdampak akibat adanya pembangunan di jalur Duku.
“Operasional dari Tanjung Enim sudah tiga bulan stop, dari Lahat juga. Jadi produksi batu baraSumsel, khususnya Muara Enim dan Lahat, drop-nya besar sekali—lebih dari 50 persen,” tegasnya.
Menurutnya, kondisi ini tidak hanya menekan perusahaan dari sisi finansial, tetapi juga berdampak pada tenaga kerja dan rantai pasok industri. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah dan pelaku usaha bisa segera menemukan win-win solution untuk mempercepat penyelesaian jalan khusus.
“Kita belum bisa menggambarkan bentuk solusinya seperti apa, tapi koordinasi terus dilakukan. Mudah-mudahan sampai Januari nanti sudah terlihat hasilnya,” pungkas Andi.
Sumber:
Artikel Lainnya
Bisnis Indonesia
Tayang pada
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Tayang pada
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada