Kompas
Tayang pada
8 Oktober 2025 pukul 00.00
Surya dan Angin Kalahkan Batu Bara, Saatnya Semua Gaspol Investasi Hijau
KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, produksi energi surya dan angin dunia mengalahkan batu bara dalam pemenuhan listrik.
Rekor ini menegaskan satu hal, sudah saatnya tenaga surya dan angin dipercepat agar transisi energi global benar-benar memberi manfaat.
Laporan terbaru lembaga riset energi Ember menunjukkan, pada paruh pertama 2025, tenaga surya dan angin tumbuh cukup cepat untuk memenuhi seluruh kenaikan permintaan listrik dunia.
Tenaga surya saja sudah memenuhi 83 persen dari kenaikan permintaan listrik yang sebesar 2,6 persen atau setara 369 TWh berkat lonjakan produksi listrik sebesar 306 TWh, naik 31 persen dibanding tahun sebelumnya.
Gabungan tenaga surya dan angin menekan dominasi energi fosil yang selama ini mendominasi sektor listrik dunia.
Pembangkit batu bara turun 0,6 persen (-31 TWh) dan gas turun 0,2 persen (-6 TWh). Total penurunan dari seluruh pembangkit fosil mencapai 0,3 persen (-27 TWh), membuat emisi listrik global ikut turun 0,2 persen.
Total listrik dari sumber bersih mencapai 5.072 TWh, naik dari 4.709 TWh pada periode yang sama tahun 2024. Sementara itu, batu bara turun menjadi 4.896 TWh, merosot 31 TWh dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Ember, setengah dunia kini telah melewati puncak penggunaan energi fosil. Tren penurunan ini sudah dimulai, meski kecepatannya berbeda di tiap negara.
“Analisis ini menegaskan apa yang kami lihat di lapangan: tenaga surya dan angin bukan lagi teknologi marginal, mereka kini menjadi pendorong utama sistem kelistrikan global,” kata Sonia Dunlop, CEO Global Solar Council.
Ember menegaskan, perubahan bersejarah itu perlu ditindaklanjuti dengan keseriusan melanjutkan transisi.
"Untuk memastikan kemajuan ini berkelanjutan, pemerintah dan industri harus mempercepat investasi dalam tenaga surya, angin, dan penyimpanan baterai, agar listrik bersih, terjangkau, dan andal bisa dinikmati oleh semua komunitas di seluruh dunia," kata Sonia.
Malgorzata Wiatros-Motyka, Senior Electricity Analyst at Ember menambahkan, “Seiring biaya teknologi terus menurun, sekarang adalah waktu yang tepat untuk meraih manfaat ekonomi, sosial, dan kesehatan dari peningkatan penggunaan tenaga surya, angin, dan baterai.”
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Ruang Energi
Tayang pada