CNBC Indonesia

Tayang pada

26 Agustus 2025 pukul 00.00

Reposisi Batubara dalam Era Energi Hijau Indonesia

Batubara pernah menjadi simbol kekuatan energi nasional. Selama puluhan tahun lebih dari separuh listrik Indonesia digerakkan oleh komoditi ini.

Ia menghadirkan devisa, menopang APBN, membuka lapangan kerja, dan menjadi identitas ekonomi bagi daerah penghasilnya di Kalimantan maupun Sumatra. Dalam perjalanan sejarah, batubara adalah raja komoditi yang sulit tergantikan.

Namun, arah zaman berubah. Krisis iklim, tekanan global, dan kemajuan teknologi membuat batubara kehilangan pamornya.

Kini panel surya, turbin angin, hingga baterai raksasa yang dulu dianggap mahal justru menjadi sumber energi paling murah di banyak negara. Lembaga keuangan dunia menutup keran pembiayaan untuk PLTU, pasar ekspor menyusut, sementara polusi dan kerusakan lingkungan makin nyata. Di tengah perubahan ini Indonesia juga telah menetapkan visi berani untuk bergerak menuju energi bersih yang lebih berkelanjutan.

Pertanyaan yang kini muncul bukan lagi apakah batubara akan ditinggalkan, melainkan bagaimana cara mereposisi perannya agar tetap memberi manfaat tanpa menghalangi langkah menuju energi hijau.

Batubara memang tidak bisa serta-merta dihapus dari sistem energi nasional. Pembangkit listrik tenaga uap masih diperlukan untuk menjaga stabilitas ketika energi terbarukan belum sepenuhnya mampu menopang beban puncak atau ketika teknologi penyimpanan energi belum berkembang luas. Tetapi perannya perlu dikurangi secara bertahap, tanpa lagi memberi ruang untuk pembangunan PLTU baru.

Skema pensiun dini dari PLTU perlu didorong melalui dukungan pembiayaan internasional, sementara sebagian pembangkit bisa dialihkan ke teknologi co-firing biomassa atau dilengkapi sistem penangkapan karbon agar jejak emisinya menurun. Dengan cara ini batubara tetap hadir, tetapi tidak lagi sebagai penguasa utama melainkan penjaga transisi energi yang terbarukan.

Reposisi juga perlu dilakukan dalam orientasi ekonomi. Selama ini lebih dari separuh produksi batubara Indonesia diekspor. Ketergantungan pada pasar luar negeri menjadikan komoditas ini rapuh, terikat pada fluktuasi harga global dan kebijakan negara pembeli. Padahal tren dunia menunjukkan permintaan ekspor akan terus menyusut. Jika strategi ekspor dipertahankan, batubara berisiko kehilangan nilai.

Jalan keluar yang lebih visioner adalah hilirisasi. Batubara dapat diolah menjadi dimethyl ether untuk mengurangi impor LPG, diubah menjadi metanol untuk industri petrokimia dan transportasi, atau dikembangkan menjadi amonia dengan teknologi CCUS sebagai bahan bakar dan pupuk ramah lingkungan.

Dengan hilirisasi, batubara tidak lagi sekadar bahan bakar yang dibakar habis, tetapi berubah menjadi bahan baku strategis yang menopang transformasi ekonomi sekaligus memberi nilai tambah.

Di sisi lain, batubara juga layak ditempatkan sebagai cadangan strategis nasional. Seperti halnya minyak bumi yang memiliki stok darurat, batubara dapat disimpan untuk menghadapi situasi luar biasa seperti krisis energi global, bencana besar, atau konflik geopolitik. Peran ini memang terbatas, tetapi justru memberi fungsi baru yang penting dalam menjaga ketahanan energi.

Reposisi tidak akan berarti jika mengabaikan sisi sosial. Jutaan pekerja tambang dan masyarakat di daerah penghasil batubara bergantung pada sektor ini. Menutup tambang atau PLTU tanpa menyiapkan alternatif hanya akan melahirkan ketidakadilan.

Transisi energi yang berdaulat adalah transisi yang inklusif, yakni melatih ulang pekerja agar dapat masuk ke sektor energi hijau, memberi insentif investasi baru di wilayah penghasil, dan membangun kawasan industri energi terbarukan di daerah yang sebelumnya bertumpu pada batubara. Dengan demikian reposisi bukan sekadar mengurangi peran energi fosil, tetapi juga membuka jalan baru bagi rakyat.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah geopolitik. Selama ini batubara menjadi salah satu kartu diplomasi Indonesia, tetapi pengaruhnya kian pudar. Dunia kini beralih ke mineral hijau seperti nikel, kobalt, bauksit, hingga gallium yang jauh lebih strategis dalam rantai pasok global.

Artinya, diplomasi energi Indonesia ke depan akan dipimpin oleh mineral hijau dan energi bersih. Batubara harus menerima reposisi, tidak lagi menjadi alat tawar utama, tetapi sekadar pendukung dalam strategi besar perekonomian nasional.

Reposisi batubara pada akhirnya harus dipandang sebagai bagian dari narasi besar menuju Indonesia hijau. Energi bersih tidak hanya soal mengurangi emisi, tetapi juga memperkuat daya saing industri, menarik investasi, menciptakan lapangan kerja baru, dan memastikan rakyat memperoleh listrik murah serta udara bersih.

Transisi ini bukan tanpa tantangan. Ada kepentingan ekonomi, politik, dan birokrasi yang tumbuh subur dari batubara. Tetapi justru di sinilah letak pentingnya keberanian politik.

Dunia bergerak cepat, teknologi semakin terjangkau, dan investor menunggu kepastian. Indonesia tidak bisa terus bersembunyi di balik alasan bertahap. Yang dibutuhkan adalah keputusan berani: menurunkan batubara dari tahtanya dan memberi ruang bagi energi bersih untuk mengambil peran utama.

Sejarah menunjukkan bahwa Pasal 33 UUD 1945 menegaskan bumi, air, dan kekayaan alam harus dikelola untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pada masa lalu makna itu diterjemahkan dengan mengambil alih sumber daya dari tangan kolonial.

Pada masa kini makna itu adalah memastikan energi bersih menjadi hak rakyat, sementara batubara direposisi agar tetap memberi manfaat tanpa menghalangi masa depan. Batubara sudah berjasa, namun masa depan Indonesia tidak lagi bisa bergantung padanya. Reposisi adalah cara untuk menghormati peran batubara dalam sejarah, sekaligus membuka ruang bagi energi hijau yang akan menjadi fondasi kedaulatan baru bangsa.

Perayaan delapan dekade kemerdekaan Republik Indonesia harus dijadikan sebuah titik balik: negara perlu menunjukkan keberanian untuk menata ulang peta energi, menyiapkan strategi transisi energi yang adil serta inklusif, dan meletakkan energi bersih sebagai warisan bagi generasi berikutnya. Hanya dengan langkah ini Indonesia dapat berdiri tegak sebagai negara yang berdaulat energi, sejahtera rakyatnya, dan dihormati dunia di era hijau.

(miq/miq)


IDX Channel.com

Tayang pada

26 Agustus 2025 pukul 00.00

26/08/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Tayang pada

26 Agustus 2025 pukul 00.00

26/08/25

2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi

CNBC Indonesia

Tayang pada

26 Agustus 2025 pukul 00.00

26/08/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Bloomberg Technoz

Tayang pada

26 Agustus 2025 pukul 00.00

26/08/25

5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara

Detik Kalimantan

Tayang pada

26 Agustus 2025 pukul 00.00

26/08/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh