Kompas
Tayang pada
2 Mei 2025 pukul 00.00
Ramai-ramai Diversifikasi Bisnis ke Tambang Mineral
Gencarnya program hilirisasi dalam beberapa tahun terakhir memikat sejumlah perusahaan melakukan diversifikasi bisnis. Dari yang sebelumnya hanya berkait dengan batubara, kini ada yang mendiversifikasi bisnis ke tambang mineral, seperti nikel, aluminium, dan emas. Pengembangan mineral kritis diyakini menunjang pengembangan energi bersih.
PT United Tractors Tbk atau UT salah satunya. Setelah lama berkecimpung sebagai kontraktor pertambangan batubara melalui anak usaha mereka, PT Pamapersada Nusantara (Pama), UT melakukan diversifikasi bisnis ke tambang mineral. Pada 2018, UT mengakuisisi tambang emas Martabe di Sumatera Utara yang dijalankan PT Agincourt Resources (PTAR).
Pada 2023, UT mengakuisisi dua tambang nikel melalui anak usaha PT Danusa Tambang Nusantara, yang sahamnya dimiliki UT dan Pama. Pertama yakni kepemilikan 90 persen saham di PT Stargate Pasific Resources di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Kedua ialah 19,99 persen saham di Nickel Industries Limited, perusahaan asal Australia dengan aset utama di Indonesia.
Direktur UT Iwan Hadiantoro mengatakan, produksi Stargate masih relatif kecil, yakni 1,9 juta ton bijih nikel pada 2024. ”Ini karena Stargate sedang melakukan konstruksi pengembangan smelter RKEF (rotary kiln electric furnace) yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2027,” ujarnya, di Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Oleh karena itu, produksi pada 2025 dan 2026 pun akan bertahan pada kisaran 2 juta-2,5 juta ton bijih nikel per tahun. Barulah setelah 2027, produksi ditargetkan meningkat hingga di atas 3 juta ton bijih nikel per tahun. Smelter RKEF akan menyerap bijih nikel guna menghasilkan sekitar 13.000 ton nickel pig iron (NPI) per tahun.
Rencana itu menjadi bagian dari hilirisasi nikel yang mengarah pada produksi baja nirkarat (stainless steel). Selain itu, UT tengah melakukan studi pengembangan smelter high pressure acid leach (HPAL) untuk memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik. ”Studi sampai akhir tahun ini. Kalau feasible, tetap lanjut. Kalau tidak, akan kami lihat lagi,” kata Iwan.
Diversifikasi bisnis ke pertambangan mineral juga dilakukan PT Alamtri Resources Indonesia (ADRO)—sebelumnya bernama Adaro. Sebelumnya fokus pada pertambangan batubara, Alamtri melakukan ekspansi, salah satunya pada pembangunan smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIPI) di Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara).
Proyek tersebut milik PT Kalimantan Aluminium Industry, anak usaha PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Adapun ADMR ialah anak usaha Alamtri. Pada tahap awal, proyek ini diharapkan memproduksi 500.000 ton aluminium ingot per tahun. Pengoperasioan (commercial operation date/COD) awal ditargetkan Desember 2025, tetapi COD sepenuhnya ditargetkan pada 2026.
"Diversifikasi bisnis sejumlah perusahaan yang sebelumnya fokus pada bisnis terkait batubara juga bagian dari strategi di tengah transisi energi."
Ke depan, smelter itu akan mengandalkan pasokan energi bersih dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang Induk, yang juga dimiliki oleh Adaro bersama mitra. PLTA tersebut ditargetkan beroperasi pada 2030. Presiden Direktur PT Kalimantan Aluminium Industry Wito Krisnahadi menyebut smelter akan membutuhkan pasokan listrik yang andal dan stabil sehingga kehadiran PLTA akan mendukung hilirisasi mineral itu.
Keseimbangan pendapatan
Diversifikasi bisnis juga dilakukan PT BUMA International Group Tbk (DOID), yang sebelumnya bernama PT Delta Dunia Makmur Tbk. Sebelumnya, BUMA International Group fokus pada bisnis kontraktor jasa pertambangan batubara termal melalui anak usahanya, PT Bukit Makmur Mandiri Utama, yang telah berjalan selama 26 tahun di Indonesia.
Pada 2024, BUMA International Group memastikan kepemilikan 19,9 persen saham 29 Metals Limited, perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Australia (ASX). Perusahaan tersebut menambang tembaga, emas, dan sejumlah logam lain di Australia, tetapi terutama pada tembaga. Di sisi lain, mereka juga meningkatkan bisnis pada batubara nontermal.
Direktur BUMA International Group Iwan F Salim menuturkan, keterlibatan perseroan dalam bisnis tembaga dan batubara nontermal ialah dalam rangka meningkatkan pendapatan di luar bisnis inti, yakni kontraktor pertambangan batubara termal. Pemasukan perusahaan dari bisnis yang tak terkait batubara termal diharapkan meningkat.
Diversifikasi bisnis sejumlah perusahaan yang sebelumnya fokus pada bisnis terkait batubara juga bagian dari strategi di tengah transisi energi. Pada umumnya, perusahaan menargetkan pemasukan bisnis dari luar batubara mencapai 50 persen. UT, misalnya, yang menargetkan proporsi pemasukan 50 persen dari nonbatubara terwujud pada 2030.
Sebelumnya, seiring dorongan peningkatan nilai tambah pertambangan mineral di dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 296 Tahun 2023 terkait penetapan mineral kritis. Total ada 47 mineral kritis, termasuk di antaranya aluminium, kobalt, litium, nikel, tembaga, dan timah.
Akselerasi
Sementara itu, induk (holding) BUMN pertambangan Indonesia, MIND ID, memperkuat dan mendorong akselerasi program hilirisasi nikel nasional. Upaya tersebut menjadi salah satu kunci penguatan kinerja ekonomi nasional.
Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin mengatakan, akan semakin aktif mendorong pengembangan bisnis PT Vale Indonesia Tbk, yang sejak 2024 proporsi saham terbesarnya dimiliki MIND ID. Ia ingin memastikan kehadiran MIND ID dalam pengelolaan Vale Indonesia bakal mendorong nilai tambah yang lebih besar bagi perusahaan dan bagi Indonesia.
”(Selain itu), mempercepat hilirisasi nikel (nasional),” kata Maroef melalui siaran pers, Selasa (29/4/2025).
Saat ini, terdapat tiga proyek strategis Vale Indonesia, yakni Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa di Sulawesi Tenggara, IGP Morowali di Sulawesi Tengah, dan proyek HPAL Sorowako di Sulawesi Selatan. Total nilai investasi dari ketiga proyek tersebut 8,5 miliar dollar AS.Menurut Maroef, proyek-proyek tersebut menjadi tonggak penting dalam memperkuat kapasitas produksi nikel serta membangun fondasi ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia. Dukungan strategis serta pengawalan proses pembangunan terus dilakukan agar tuntas sesuai target, yakni 2026-2027.”Dengan kapasitas produksi yang terus meningkat, MIND ID bersama Vale Indonesia optimistis dapat memperkuat multiplier effect pada ekonomi nasional. (Selain itu) meningkatkan penyerapan tenaga kerja sekaligus meningkatkan penerimaan negara ke depan,” ucap Maroef.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Reuters
Tayang pada
Adani Enterprises fourth-quarter profit drops on coal trading weakness
Ekonomi
Tayang pada