Kontan
Tayang pada
13 Mei 2025 pukul 00.00
Permintaan Lesu, Ekspor Batubara Indonesia Susut 20 Juta Ton
KONTAN.CO.ID - Ekspor batubara termal Indonesia turun ke level terendah dalam tiga tahun pada awal 2025, terdampak oleh lesunya permintaan dari dua konsumen batubara terbesar dunia, yakni China dan India.
Melansir pada pendapatan kolumnis Reuters Gavin Maguire pada Minggu (11/5), menurut data perusahaan intelijen komoditas Kpler, sepanjang Januari hingga April 2025, Indonesia mengekspor sekitar 150 juta ton batubara termal.
Jumlah tersebut turun 12% atau hampir 20 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini merupakan yang terbesar dalam perbandingan tahunan sejak 2017.
Sebagai eksportir batubara termal terbesar di dunia, pelemahan ekspor dari Indonesia turut menekan kinerja ekspor global batubara termal, yang tercatat turun 7% atau 23 juta ton dalam empat bulan pertama 2025 dibandingkan tahun lalu.
Jika tren ini berlanjut, maka 2025 berpotensi menjadi tahun pertama penurunan ekspor batubara Indonesia sejak 2020, ketika pandemi COVID-19 melumpuhkan produksi dan pengiriman komoditas tersebut.
Permintaan dari China dan India Turun
Pelemahan ekspor ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan permintaan dari China dan India.
China, yang merupakan produsen, konsumen, sekaligus importir batubara terbesar dunia, mengurangi impor dari Indonesia sebesar 20% atau sekitar 14 juta ton.
Hal ini sejalan dengan dorongan Beijing untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi polusi udara.
Sementara itu, India sebagai konsumen batubara terbesar kedua dunia juga tengah menggenjot produksi domestik dan memangkas impor batubara dari Indonesia sebesar 15% atau sekitar 6 juta ton.
Penurunan Meluas ke Negara Lain
Beberapa negara importir utama lainnya juga mencatatkan penurunan pembelian batubara dari Indonesia.
Jepang dan Korea Selatan, misalnya, hanya mengimpor 13 juta ton dari Indonesia pada Januari-April 2025, turun dari 17 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan juga tercatat di Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Pakistan. Hal ini mencerminkan pergeseran kawasan Asia menuju penggunaan energi bersih, serta tekanan ekonomi akibat perlambatan industri di China.
Menurut data lembaga riset energi Ember, produksi listrik berbasis batubara di Asia turun 3% pada kuartal I-2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kondisi industri China yang masih lemah, terutama di sektor konstruksi dan industri berat, turut memberikan efek domino ke negara-negara tetangga melalui rantai pasok regional, dan berdampak pada berkurangnya konsumsi energi intensif.
Jika ketegangan perdagangan akibat tarif tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terus berlanjut, sektor manufaktur Asia bisa semakin tertekan dan permintaan batubara berisiko turun lebih lanjut.
Pengecualian: Vietnam dan Bangladesh
Meski begitu, tidak semua negara mengurangi konsumsi batubara. Vietnam dan Bangladesh justru mencatatkan rekor impor batubara dari Indonesia pada awal 2025 untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan energi domestik.
Beberapa negara maju seperti Spanyol, Italia, Rumania, dan Selandia Baru juga meningkatkan impor batubara dari Indonesia, didorong oleh lonjakan harga gas alam global sebagai alternatif sumber energi.
Bahkan Amerika Serikat mencatatkan peningkatan output listrik berbasis batubara lebih dari 20% dibanding tahun sebelumnya.
Namun, ini tidak memberi dampak signifikan bagi Indonesia karena AS juga merupakan eksportir batubara.
Dengan permintaan dari China dan India yang diperkirakan tetap moderat dalam waktu dekat, laju ekspor batubara Indonesia kemungkinan masih akan tertahan.
Hal ini membuka peluang terjadinya kontraksi tahunan yang langka dalam pengiriman batubara Indonesia, dan mungkin menjadi sinyal bahwa arus ekspor batubara global telah mencapai puncaknya.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Tayang pada
Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara
Kontan
Tayang pada