Business Insight
Tayang pada
9 Juli 2025 pukul 00.00
Penerapan Tarif Bea Keluar Bisa Bikin Laba Emiten Batubara Ambyar
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tekanan bagi emiten batubara berorientasi ekspor berpotensi makin bertambah. Seiring rencana pemerintah untuk memberlakukan bea keluar ekspor batubara pada tahun 2026.
Sebelumnya, mengacu Peraturan Menteri Keuangan No. 38/2024 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar, batubara termasuk komoditas yang tidak dikenakan bea keluar untuk ekspor.
Batubara hanya dikenakan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Di luar itu, emiten batubara juga menanggung tarif royalti atas produksi komoditas tersebut.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan mengatakan, rencana pemberlakuan bea keluar ekspor pada 2026 akan menjadi tekanan tambahan bagi emiten batubara yang aktif mengekspor produknya ke mancanegara.
Kebijakan ini akan mengancam langsung margin keuntungan emiten tergerus. Terlebih, di tengah harga batubara global yang saat ini belum sepenuhnya pulih. Penerapan bea keluar batubara juga berpotensi menekan arus kas emiten.
Terutama, jika emiten batubara tidak mampu melakukan efisiensi atau meneruskan beban tambahan tersebut kepada pelanggan.
Dus, daya saing produk batubara kita bisa tergerus dari produk negara kompetitor semisal Australia dan Afrika Selatan, yang tidak mengalami beban serupa.
"Profitabilitas emiten batubara yang mengandalkan ekspor bisa turun. Apalagi jika tidak diimbangi efisiensi produksi atau kenaikan harga jual," ujar Ekky, Selasa (8/7).
Biaya pokok penjualan
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Niko Chandra sepakat, bila bea keluar ini diterapkan, akan jadi salah satu komponen biaya yang harus diperhitungkan dalam struktur biaya pokok penjualan batubara РТВА.
Kebijakan tersebut bisa berdampak pada volume ekspor batubara. "Seberapa besar dampaknya, bergantung besaran tarif yang ditetapkan pemerintah," beber Niko.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menambahkan, selain fokus pada efisiensi operasional, emiten batubara patut mempercepat proses hilirisasi untuk mengurangi ketergantungan ke pasar ekspor. Proyek hilirisasi seperti gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) bisa jadi opsi.
Community Lead Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus melihat, secara umum kinerja emiten batubara rawan tertekan seiring risiko kelebihan pasokan di tengah konsumsi yang turun dari China.
Belum lagi, emiten batubara Indonesia juga menghadapi persaingan di pasar ekspor dengan produsen di negara lainnya. "Alternatif penyuplai batubara seperti Rusia, Australia, dan Mongolia juga jadi tantangan utama bagi pasar batubara lokal," jelas Angga.
Dus, Angga belum memberikan rekomendasi saham untuk emiten batubara. Sementara Ekky melihat PТВА jadi saham batubara yang menarik bagi investor, mengingat portofolio penjualannya yang besar di pasar domestik.
Dengan kondisi saat ini, saham PTBA dapat diakumulasi dengan target jangka menengah di kisaran Rp 3.000-Rp 3.200 per saham. Sedangkan Nafan merekomendasi beli BUMI dengan target harga Rp 124-Rp 129 per saham.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Tayang pada