Katadata

Tayang pada

24 Desember 2025 pukul 00.00

Peluang Cuan PTBA dari Langkah Awal Gasifikasi Batu Bara Jadi DME

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal menjadi pelopor proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Perusahaan pelat merah ini tengah mempersiapkan pembangunan fasilitas DME, seiring rencana pemerintah mengalihkan subsidi gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG) ke DME mulai tahun depan.

Corporate Secretary Division Head PT Bukit Asam Tbk Eko Prayitno mengatakan, perseroan saat ini tengah melakukan diskusi intensif dengan Danantara terkait kelanjutan proyek DME tersebut. “Tentunya kami berkomitmen mendukung ketahanan energi nasional melalui hilirisasi batubara yang bernilai tambah tinggi,” ujar Eko kepada Katadata.co.id, Senin (23/12).

Danantara saat ini tengah mendorong pembangunan ekosistem hilirisasi energi primer, termasuk hilirisasi batu bara menjadi DME. Proyek DME termasuk dalam 18 proyek prioritas yang telah dilakukan pra studi kelayakan dan dokumennya diserahkan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Danantara.

Adapun terkait kebutuhan pasokan batu bara terkait proyek ini, Danantara akan bekerja sama dengan PTBA.

Dorongan percepatan proyek DME juga sudah disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia. Ia meminta pembangunan fasilitas DME milik PTBA dapat dimulai pada 2026.

Bahlil menilai pembangunan pabrik DME penting karena konsumsi LPG nasional diperkirakan meningkat sekitar 1,2 juta ton menjadi hampir 10 juta ton pada 2026. Kenaikan ini antara lain dipicu oleh beroperasinya pabrik milik PT Lotte Chemical Indonesia. Sementara itu, kapasitas produksi LPG domestik masih berada di kisaran 1,3–1,4 juta ton per tahun.

“Kapasitas produksi LPG nasional sekitar 1,3 juta sampai 1,4 juta ton per tahun. Dengan demikian, defisit LPG tahun depan diperkirakan mencapai 8,6 juta ton. Kami akan mengadakan rapat dengan Menteri Investasi dan Presiden Prabowo Subianto untuk memutuskan pembangunan DME tahun depan,” kata Bahlil bulan lalu.

Proyek DME Masu Empat Pilar Bisnis PTBA 2025 - 2029

Di internal PTBA, proyek hilirisasi batu bara menjadi bagian dari strategi jangka panjang perseroan. Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA Turino Yulianto mengatakan, hilirisasi energi dan utilitas merupakan salah satu dari empat pilar bisnis perusahaan hingga 2029, termasuk pengembangan DME.

Turino menjelaskan, ada beberapa proyek yang akan digarap PTBA untuk mendukung hilirisasi, di antaranya adalah proyek coal to artificial graphite dan anode sheet untuk ekosistem kendaraan listrik, serta coal to asam humat untuk kebutuhan pupuk. Adapun pada fase validasi komersial, perseroan mengembangkan coal to DME, coal to synthetic natural gas (SNG), coal to methanol, dan coal to ammonia.

Menurut Turino, konversi batu bara padat menjadi produk cair atau gas dapat menekan biaya logistik, karena pengiriman batu bara padat tercatat lebih mahal. Untuk proyek DME, Turino menegaskan PTBA akan berhitung matang terkait risiko dan tingkat keuntungan, mengingat harga investasi di proyek ini sangat mahal.

Turino mengakui, tantangan utama seluruh proyek hilirisasi adalah kebutuhan belanja modal awal yang besar. Sebagai perbandingan, subsidi LPG nasional mencapai Rp 80–90 triliun per tahun, sedangkan pembangunan satu pabrik DME atau methanol membutuhkan investasi sekitar Rp 50 triliun. Perseroan perlu membangun beberapa pabrik agar proyek hilirisasi batu bara ini berjalan dengan baik.

"Namun setelah dibangun, pabrik bisa berproduksi terus-menerus,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Melalui diversifikasi ini, PTBA menargetkan peningkatan volume produksi hingga 100 juta ton per tahun, dari posisi saat ini sekitar 40 juta ton. Perseroan juga meyakini konversi batu bara menjadi produk turunan mampu meningkatkan nilai tambah secara signifikan. DME diproyeksikan menghasilkan nilai hingga 4,3 kali lipat dibanding batu bara mentah, SNG sebesar 5,7 kali, methanol 4,7 kali, dan ammonia 4,8 kali.

“Secara sederhana, jika saat ini 40 juta ton batu bara menghasilkan penjualan Rp 40 triliun, maka dengan hilirisasi bernilai lima kali lipat, potensi pendapatan bisa mencapai Rp 200 triliun dengan volume yang sama,” kata Turino

Selain DME, perseroan juga akan menggarap proyek coal to artificial graphite yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Proyek coal to asam humat yang dikembangkan bersama Universitas Gadjah Mada, diproyeksikan mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga dua kali lipat melalui penggunaan pupuk yang lebih efisien. Proyek percontohan ini ditargetkan rampung awal tahun depan.

“Yang tadinya butuh satu ton, bisa cukup 500 kilogram. Kalau ini berhasil, akan menjadi game changer untuk pupuk,” kata Turino.

Adapun proyek coal to SNG digarap bersama Perusahaan Gas Negara untuk mengantisipasi potensi kekurangan pasokan gas industri pada 2028. Sementara coal to methanol dinilai memiliki pasar lebih stabil dan peluang industri turunan yang lebih luas. Proyek ammonia disiapkan sebagai bahan baku pupuk.

Selain itu, PTBA juga menyiapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap untuk memasok listrik bagi anggota holding tambang MIND ID seperti Antam dan Timah, dengan pasokan batu bara internal. Perseroan turut mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di area reklamasi tambang, ruas jalan tol, hingga untuk kebutuhan pertanian di wilayah tanpa irigasi.

Sebelumnya, proyek DME sempat tersendat setelah perusahaan pengolahan gas dan kimia asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc., mundur dari dua proyek hilirisasi batu bara di Indonesia. Tingginya harga batu bara dinilai membuat proyek tersebut tidak lagi ekonomis. Karena itu, Menteri Investasi Rosan P. Roeslani mengatakan rencana investasi DME perlu dievaluasi secara cermat, termasuk dalam mencari mitra strategis yang tepat bagi Danantara.

Prospek PTBA di Bisnis DME

Head of Research Korea Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menilai kebijakan ini akan menguntungkan PTBA karena perseroan akan berlaku sebagai pelopor atau first mover advantage Hal tersebut didukung dengan kesiapan infrastruktur dan lokasi tambang yang telah disiapkan sebagai kawasan industri hilirisasi.

“Mereka paling siap karena lokasi tambang udah disiapin jadi kawasan industri hilirisasi,” kata Wafi kepada Katadata, Jumat (19/12).

Selain mendapatkan keuntungan dari penjualan DME, Wafi menilai PTBA juga akan mendapatkan keuntungan dari insentif royalti 0% untuk batu bara yang dihilirisasi. Adapun insentif ini membantu menjaga margin di tengah tren pengetatan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) global. Meski demikian, ia mengingatkan proyek DME juga memiliki tantangan.

Sementara itu, Market Chartist Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, jika kebijakan tersebut dinyatakan benar-benar siap secara regulasi, maka perusahaan tambang batu bara yang akan menerapkan gasifikasi akan mendapatkan prospek yang cerah. Kendati demikian, Nafan menyebut, harga investasi untuk gasifikasi tersebut menjadi hal yang memberatkan perusahaan.

Liputan 6

Tayang pada

24 Desember 2025 pukul 00.00

24/12/25

1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam

Bisnis Indonesia

Tayang pada

24 Desember 2025 pukul 00.00

24/12/25

10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi

IDX Channel.com

Tayang pada

24 Desember 2025 pukul 00.00

24/12/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

METRO

Tayang pada

24 Desember 2025 pukul 00.00

24/12/25

10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia

CNBC Indonesia

Tayang pada

24 Desember 2025 pukul 00.00

24/12/25

10 Perusahaan Tambang RI Paling Tajir Melintir, Cuannya Gak Masuk Akal

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh