Kabar Bursa
Tayang pada
19 Desember 2025 pukul 00.00
Pasar Batu Bara Mati Suri?
KABARBURSA.COM - Pergerakan harga batu bara dalam dua hari ini terlihat stagnan. Harga yang tidak bergerak dari kemarin memunculkan pertanyaan besar di pasar, apakah komoditas ini sedang memasuki fase mati suri atau justru berada dalam fase jeda sebelum menentukan arah baru.
Penutupan harga batu bara ICE Newcastle di level USD108,6 per ton pada Rabu, 17 Desember 2025, tanpa perubahan dari hari sebelumnya. Pasar kehilangan momentum jangka pendek, meski belum sepenuhnya kehilangan alasan untuk bergerak.
Dari sisi fundamental, kondisi ini terlihat agak janggal. Sentimen global sebenarnya tidak sepenuhnya negatif bagi batu bara. Di Amerika Serikat, misalnya, pemerintahan Presiden Donald Trump mengambil langkah yang secara implisit mendukung keberlanjutan permintaan batu bara domestik.
Mandat kepada TransAlta Corp untuk tetap mengoperasikan PLTU Centralia Generating Station, yang semula dijadwalkan pensiun akhir tahun ini, menjadi sinyal bahwa batu bara masih dipandang sebagai sumber energi kritikal, terutama dalam konteks menjaga stabilitas pasokan listrik dan meredam lonjakan harga energi.
Pernyataan Menteri Energi AS Chris Wright menegaskan bahwa kebijakan energi saat ini lebih pragmatis, dengan prioritas pada keandalan pasokan ketimbang transisi agresif.
Namun, sentimen suportif tersebut sepertinya belum mampu diterjemahkan menjadi dorongan harga di pasar internasional. Artinya, pasar batu bara saat ini tidak kekurangan narasi, tetapi kekurangan katalis yang cukup kuat untuk mengubah keseimbangan supply-demand secara cepat.
Investor dan pelaku pasar menahan diri, menunggu konfirmasi lanjutan apakah kebijakan pro-PLTU ini akan meluas atau hanya bersifat kasus per kasus.
Sulit Keluar dari Zona Bearish?
Dari perspektif teknikal, kondisi pasar memang belum ramah bagi kenaikan harga. Pada time frame harian, Relative Strength Index berada di level 45, masih di bawah ambang netral 50. Secara tren, batu bara belum keluar dari zona bearish.
Namun, posisi RSI yang tidak terlalu jauh dari 50 juga mengindikasikan bahwa tekanan jual tidak dominan atau tidak agresif. Dengan kata lain, pasar tidak sedang panik, tetapi cenderung pasif.
Sinyal yang lebih menarik justru datang dari Stochastic RSI yang berada di level 1. Angka ini menempatkan batu bara dalam kondisi sangat jenuh jual. Dalam banyak kasus, kondisi oversold ekstrem seperti ini membuka peluang terjadinya technical rebound.
Namun, rebound semacam itu biasanya bersifat terbatas jika tidak didukung volume dan katalis fundamental yang jelas. Ini sejalan dengan pergerakan harga yang cenderung mendatar, bukan memantul agresif.
Untuk perdagangan Kamis, 18 Desember 2025, ruang gerak harga batu bara terlihat sempit. Area resistance berada di kisaran USD109–110 per ton, sementara support berada di rentang USD107–105 per ton.
Selama harga bergerak di koridor ini, pasar dapat dikatakan berada dalam fase konsolidasi datar. Tidak ada indikasi breakdown tajam, tetapi juga belum terlihat tanda-tanda awal pembalikan tren yang meyakinkan.
Dengan kondisi tersebut, menyebut batu bara “mati suri” sebenarnya masih terlalu dini. Yang terjadi saat ini lebih menyerupai fase hibernasi jangka pendek, di mana pasar sedang menimbang ulang arah setelah tekanan panjang sepanjang tahun.
Fundamentalnya belum runtuh, bahkan menunjukkan titik-titik dukungan kebijakan. Namun secara teknikal dan sentimen jangka pendek, pasar masih belum menemukan alasan kuat untuk bangkit. Selama katalis besar belum muncul, batu bara kemungkinan tetap bergerak lesu, bukan karena kehilangan relevansi, tetapi karena pasar masih menunggu momen untuk kembali percaya.
Sumber:
Artikel Lainnya
Liputan 6
Tayang pada
1,76 Juta Metrik Ton Batu Bara Disebar ke 4 PLTU Jaga Listrik di Jawa Tak Padam
Bisnis Indonesia
Tayang pada
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
METRO
Tayang pada
10 Negara Pengguna Bahan Bakar Fosil Terbesar di Dunia
CNBC Indonesia
Tayang pada