Business Insight
Tayang pada
22 Juli 2025 pukul 00.00
Menjajaki Pasar Ekspor Batubara Selain China
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiongkok mencatatkan penurunan impor batubara asal Indonesia sebesar 30% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Juni 2025. Salah satu penyebab merosotnya ekspor batubara RI ke Tiongkok lantaran adanya peningkatan produksi emas hitam di Negeri Tembok Raksasa tersebut.
Mengutip Reuters, Minggu (20/7), penurunan ini melampaui penurunan total impor batubara China karena para importir beralih dari batubara dengan kalori lebih rendah ke kalori yang lebih tinggi. Impor batubara China dari Indonesia mencapai 11,62 juta metrik ton sepanjang Juni tahun ini. Adapun selama enam bulan pertama tahun ini, China telah mengimpor 90,98 juta ton batubara dari Indonesia.
Terkait penurunan volume impor ke China, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebut hal ini karena adanya respons dari pasar global yang sangat sensitif terhadap harga, regulasi domestik dan kondisi pasokan energi di masing-masing negara. "Penurunan impor ini juga dipengaruhi oleh peningkatan produksi batubara domestik China," ungkap Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani kepada KONTAN, Senin (21/7).
Di sisi lain, Gita tidak menampik adanya kemungkinan penurunan impor tetap terjadi dalam jangka pendek.
"Tapi kami melihat permintaan dari China tetap akan fluktuatif," terang dia. Meski ada penurunan permintaan, dia bilang, masih terdapat pasar potensial bagi batubara asal Indonesia, khususnya negara-negara di kawasan ASEAN dan Asia Selatan.
"Negara-negara ASEAN dan Asia Selatan masih menunjukkan kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik dan industri. Dalam jangka menengah-panjang, potensi pertumbuhan konsumsi energi di negara berkembang ini dapat menjadi alternatif yang menjanjikan," ungkap Gita.
Namun dalam jangka pendek, peningkatan ekspor dari ASEAN dan Asia Selatan relatif tidak terlalu banyak karena yang tersisa saat ini adalah pembelian dengan harga spot yang cenderung lebih mahal dibandingkan harga kontrak. "Kalaupun ada pembelian spot saat ini, jumlahnya relatif tidak banyak, karena sudah dalam kontrak berjalan. Apalagi sekarang sudah memasuki pertengahan tahun, akan susah cari kontrak baru, jadi akan susah cari pasar baru," tambah dia.
Gita menuturkan, saat ini China fokus untuk mengimpor batubara kalori tinggi, termasuk dari Indonesia. Sehingga permintaan batubara kalori rendah ke sedang saat ini memang mengalami penurunan. "Ekspor batubara ke China hampir 60% adalah batubara dengan nilai kalori 3000-4200 GAR dari total ekspor, ini merupakan kategori kalori rendah. China sekarang justru membutuhkan kalori tinggi," jelas dia.
Dengan adanya penurunan permintaan, dari proyeksi produksi batubara nasional sepanjang 2025 yang mencapai 739 juta ton, target ekspornya setara 67,6% dari total produksi. "Target ekspor tahun ini 500 juta ton atau 67,6% dari produksi. Sedangkan realisasinya hingga Juni 2025 yang sudah ekspor sekitar 238,64 juta ton atau 47,7% dari target ekspor tahun ini," beber Gita.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi batubara sebesar 735 juta ton sepanjang tahun 2025. Target ini meningkat 3,52% dibandingkan target tahun sebelumnya, yang sebesar 710 juta ton. Proyeksi ini kemudian berubah lagi, berdasarkan data dari laman Minerba One data Indonesia (MODI), target produksi batubara nasional sedikit lebih tinggi dari target awal, yaitu menjadi 739,56 juta ton.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Tayang pada
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Tayang pada