Tribun News
Tayang pada
19 September 2025 pukul 00.00
Limbah Sawit di Kalteng Berpotensi Jadi Energi Setara Batubara, UPR Bekali Siswa SMK
TRIBUNKALTENG.COM - Indonesia menghadapi pertumbuhan populasi dan industri yang pesat sehingga kebutuhan energi melonjak drastis. Sementara itu, pasokan energi nasional masih bergantung pada sumber fosil yang terbatas, dengan komposisi batu bara 46 persen, minyak bumi 31 persen, dan gas alam 18 persen menurut kajian Azhar dan Satriawan dalam Administrative Law and Governance Journal tahun 2018.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2024, hanya sekitar 5 persen biofuel yang bersumber dari energi terbarukan, jauh di bawah target bauran energi nasional. Sementara itu, konsumsi BBM sudah tembus 505 juta barel dengan harga global Januari 2025 dipatok 76,81 dolar AS per barel, sebagaimana dilaporkan Kementerian ESDM tahun 2025. Kondisi ini memicu keresahan publik akibat polusi, gas rumah kaca, dan ancaman kesehatan.
Sebagai alternatif, energi terbarukan menjadi opsi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Energi ini memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan yang melimpah serta murah. Pengembangan energi terbarukan dinilai krusial untuk mengatasi krisis energi dan menuju swasembada. Energi bersih juga berperan penting dalam mengurangi pemanasan global.
Salah satu bentuk energi terbarukan yang menjanjikan adalah briket arang. Produk ini berbasis biomassa dan menggunakan limbah tanpa kandungan sulfur sehingga lebih ramah lingkungan. Briket arang adalah bahan bakar padat dari campuran arang dan perekat, lalu dipadatkan dan dikeringkan. Briket digunakan untuk memasak, pembakaran shisha, hingga kebutuhan industri rumah tangga.
Bahan baku briket bisa berasal dari sekam padi, serbuk gergaji, bongkol jagung, bamboo hingga limbah kelapa sawit. Proses karbonisasi menghasilkan arang yang kemudian dihaluskan, dicampur perekat, dicetak, dan dikeringkan. Briket berkualitas baik memiliki kadar air rendah, nilai kalor tinggi, mudah dinyalakan, dan tidak berasap.
Kalimantan Tengah sendiri termasuk salah satu provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia, sehingga limbah perkebunannya sangat melimpah.
Penelitian berjudul Analisis Pengaruh Nilai Kalor Bahan Bakar Fibre dan Cangkang Terhadap Efisiensi Boiler Pipa Air tahun 2015 pernah mencatat bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi besar bahan baku briket dari limbah sawit. Setiap ton tandan buah sawit menghasilkan sekitar 65 kilogram limbah cangkang inti sawit yang kerap terbuang percuma, dengan nilai kalor 4.000–4.500 kal/gram setara batubara lignite.
Sementara itu, riset tahun 2017 berjudul Analisis Perbedaan Jenis Bahan dan Massa Pencetakan Briket Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket pada Kompor Biomassa menyebut nilai kalor bisa meningkat hingga 6.930 kal/gram jika limbah sawit diolah menjadi briket. Temuan ini memperkuat potensi sawit sebagai sumber energi terbarukan yang selama ini kurang dimanfaatkan.
SMKN 1 Palangka Raya memiliki 13 jurusan keahlian yang banyak diminati siswa, namun jurusan Teknik Energi Terbarukan (TET) masih kurang peminat. Kepala Sekolah, Sri Sundhari, S.Pd., M.Pd., menyampaikan jumlah siswa jurusan TET saat ini hanya 58 orang dari kelas X hingga XII.
Sri Sundhari menjelaskan bahwa sebagian besar siswa memilih TET karena tidak diterima di sekolah negeri atau jurusan favorit seperti komputer, elektronika, maupun otomotif. Padahal jurusan ini dinilai relevan dengan isu krisis energi di Palangka Raya.
Menurut Sri Sundhari, fasilitas praktikum TET sudah tersedia meski masih terbatas, antara lain tungku pengarangan dan produk briket arang buatan siswa. Namun kualitasnya belum maksimal karena masih dicetak manual, belum diuji sesuai standar SNI, serta keterampilan pengolahan dan manajemen usaha siswa masih perlu ditingkatkan sehingga daya tawarnya rendah di masyarakat.
Menyoroti persoalan krisis energi dan rendahnya minat siswa pada jurusan Teknik Energi Terbarukan (TET) di SMKN 1 Palangka Raya, diperlukan upaya nyata untuk menjembatani kebutuhan industri dengan pendidikan. Kondisi inilah yang mendorong keterlibatan perguruan tinggi dalam mendukung pengembangan kompetensi siswa.
Sebagai upaya menyikapi hal tersebut, tim dosen dan mahasiswa Universitas Palangka Raya (UPR) melaksanakan pelatihan pembuatan briket arang berbahan dasar cangkang inti sawit di SMKN 1 Palangka Raya pada 15 September 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tahun pendanaan 2025.
Ketua tim pengabdian, Yuliana, S.Si., M.Biotek., menyampaikan bahwa program telah berjalan sejak Juli 2025 dengan tujuan memberikan solusi atas kelangkaan energi serta mahalnya harga tabung gas di Kalimantan Tengah. Siswa jurusan TET dilatih mengolah limbah sawit menjadi briket arang sekaligus mengukur kualitas produk sesuai standar.
Pelatihan dilakukan bertahap, mulai dari sosialisasi krisis energi, penyiapan bahan baku, pengarangan, penggilingan, pencampuran perekat, pencetakan, hingga pengeringan briket. Selain itu, siswa juga dilatih pengujian mutu sesuai SNI 01-6235-2000, keterampilan analisis kelayakan usaha.
Pada kesempatan tersebut, tim pengabdian yang diketuai Yuliana juga menghibahkan mesin penggiling arang, mesin pencetak briket, dan sejumlah peralatan produksi lainnya. Kepala SMKN 1 Palangka Raya, Sri Sundhari, S.Pd., M.Pd., menyambut baik dukungan itu dan menegaskan bahwa peralatan tersebut dapat memperkuat sarana praktikum sekaligus mendorong lahirnya produk unggulan sekolah berupa briket arang karya siswa.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada