CNBC Indonesia

Tayang pada

21 November 2025 pukul 00.00

Jika Warren Buffett Pilih Saham Batu Bara RI, Mana Jagoannya?

Jakarta,CNBC Indonesia - Sektor batu bara kembali mencuri panggung pasar modal Tanah Air. Di tengah dinamika harga komoditas global yang penuh volatilitas, mata para investor kini tertuju pada rilis kinerja keuangan para "raksasa" emas hitam.

Sorotan utama tertuju pada entitas baru yang dinanti, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), serta para pembagi dividen jumbo seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Tak ketinggalan, kinerja PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan emiten sejuta umat PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga menjadi barometer krusial bagi IHSG.

Pertanyaan besarnya yaitu apakah neraca mereka masih solid mencetak cuan tebal, atau justru mulai tertekan normalisasi harga?

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) tampil sebagai raksasa yang menawarkan valuasi deep value di tengah normalisasi harga komoditas. Meski laba bersih 9M-2025 terkoreksi 43,8% menjadi US$ 654 juta, neraca AADI justru semakin solid dengan posisi kas tebal mencapai US$ 1,41 miliar (23% dari total aset).

Karena hal ini, metode yang digunakan adalah metode perhitungan margin of safety oleh Warren Buffet, untuk menentukan apakah emiten tersebut memiliki margin of safety yang cukup tebal pada harganya saat ini dengan ditopang oleh kinerja perusahaan yang optimal.

Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI)

Di harga pasar saat ini Rp 8.025 (asumsi kurs Rp 16.700/US$), AADI diperdagangkan pada level diskon ekstrem: PE Ratio disetahunkan hanya 4,78x dan PBV 1,08x.

Valuasi ini semakin menarik jika melihat EV/EBITDA di level 2,82x, angka yang mengindikasikan pasar memberikan diskon besar-besaran terhadap kemampuan kas operasionalnya.

Di balik harga murah tersebut, kualitas fundamental tetap terjaga prima dengan ROE (Return on Equity) disetahunkan mencapai 22,6%, membuktikan efisiensi modal yang tinggi meski di siklus harga rendah.

Menggunakan kacamata Warren Buffett, dengan estimasi EPS tahunan Rp 1.679 dan asumsi konservatif, Nilai Intrinsik AADI berada di level Rp 11.193. Artinya, harga saat ini menawarkan Margin of Safety (MOS) sekitar 28%, menjadikannya kandidat kuat untuk strategi value investing.

Bagi investor, AADI kini bukan sekadar cerita batubara, melainkan "mesin dividen". Dengan belanja modal minim dan kas melimpah, potensi dividend yield dua digit (10%-15%) menjadi katalis utama melawan sentimen negatif ESG. Singkatnya, AADI saat ini adalah wonderful company at a fair price.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

Di tengah gempuran normalisasi harga komoditas, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba bersih 9M-2025 terkoreksi tajam 56,8% menjadi Rp 1,39 triliun, sebuah penurunan yang jauh lebih dalam dibandingkan koreksi pendapatannya yang hanya naik tipis 2,2%.

Di harga pasar saat ini Rp 2.320, PTBA diperdagangkan pada valuasi yang masih terlihat premium jika disandingkan dengan kinerjanya yang menyusut: PE Ratio disetahunkan berada di level 14,4x dan PBV 1,29x (berdasarkan ekuitas Rp 20,66 triliun).

Meskipun harga saham sudah turun, angka ini masih di atas rata-rata industri, diperparah dengan EV/EBITDA di level 6,4x yang mengindikasikan valuasi operasionalnya tidak murah.

Tekanan profitabilitas juga terlihat dari ROE (Return on Equity) disetahunkan yang hanya mencapai 9%, jauh dari level efisiensi prima di masa lalu.

Menggunakan kacamata Warren Buffett, dengan estimasi EPS tahunan Rp 161 dan asumsi diskon konservatif untuk risiko batubara (15%), Nilai Intrinsik PTBA sejatinya hanya berada di kisaran Rp 1.073.

Artinya, harga pasar saat ini (Rp 2.320) diperdagangkan dengan premium sekitar 116% di atas nilai wajarnya. Tidak ada Margin of Safety di sini; investor membayar harga mahal untuk fundamental yang sedang melambat.

Bagi investor, daya tarik PTBA kini bertumpu pada satu pilar rapuh yaitu dividen jumbo. Meskipun arus kas operasional masih positif, penurunan laba yang signifikan membuat dividen di masa depan sangat bergantung pada kerelaan manajemen menggerus Saldo Laba Ditahan yang besar (Rp 13,7 triliun).

Tanpa perbaikan efisiensi biaya yang radikal, PTBA berisiko menjadi dividend trap-memberikan yield tinggi sesaat, namun dengan harga saham yang terus tertekan oleh fundamental yang melemah. Singkatnya, PTBA saat ini adalah great company at a premium price.

PT Bayan Resources Tbk (BYAN)

Di level harga Rp 17.775, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mempertahankan posisinya sebagai emiten dengan valuasi paling premium di sektor energi.

Kinerja 9M-2025 mencatatkan laba bersih US$ 522,1 juta, didukung oleh efisiensi operasional tingkat tinggi yang menjaga ROE (Return on Equity) disetahunkan tetap superior di level 29%.

Secara valuasi pasar, BYAN diperdagangkan pada PE Ratio disetahunkan sekitar 51x dan PBV 15,2x (berdasarkan ekuitas US$ 2,32 miliar).

Angka ini jauh melampaui rata-rata industri, mencerminkan bahwa harga saham BYAN lebih didorong oleh faktor kelangkaan saham (scarcity) dan struktur kepemilikan yang terkonsentrasi, alih-alih sekadar metriks laba jangka pendek.

Menggunakan kacamata Warren Buffett, dengan estimasi EPS tahunan Rp 349, Nilai Intrinsik BYAN berada di kisaran Rp 2.326. Harga pasar saat ini mencerminkan premium signifikan di atas nilai wajarnya, sehingga tidak menawarkan Margin of Safety bagi investor nilai (value investor).

Namun, BYAN memegang peran strategis sebagai "The Index Mover". Manajemen menunjukkan komitmen pengembalian pemegang saham yang kuat melalui pembayaran dividen tunai US$ 700 juta , yang diimbangi dengan penarikan fasilitas pinjaman bank jangka pendek US$ 337,5 juta untuk menjaga likuiditas.

Singkatnya, pada harga Rp 17.775, BYAN adalah highly efficient company at a luxury price.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Di level harga Rp 22.200, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) semakin mengukuhkan posisinya sebagai "Benteng Kas" yang murah. Meski laba bersih 9M-2025 terkoreksi menjadi US$ 134 juta, penurunan harga saham ini justru membuka peluang entry yang menarik bagi income investor.

Secara valuasi, ITMG kini diperdagangkan pada PE Ratio disetahunkan 8,4x, lebih rendah dari rata-rata historisnya. Namun, metrik paling mencengangkan adalah EV/EBITDA yang anjlok ke kisaran 1,5x.

Hal ini terjadi karena 65% dari harga saham ITMG (setara Rp 14.360/saham) sebenarnya adalah uang tunai (Cash per Share) yang mengendap di bank. Pasar praktis hanya menghargai bisnis operasional tambangnya dengan harga "kacang goreng".

Menggunakan kacamata Warren Buffett, jika hanya melihat kemampuan laba (Earnings Power), Nilai Intrinsik ITMG berada di kisaran Rp 17.587. Sepintas harga pasar Rp 22.200 terlihat premium.

Namun, Buffett akan sangat menyukai fakta bahwa risiko kerugian modal permanen sangat minim karena tebalnya bantal kas yang melebihi kapitalisasi pasarnya jika dikurangi utang (Negative Enterprise Value risk).

Bagi investor, harga Rp 22.200 adalah titik yang manis. Potensi Dividend Yield melonjak ke kisaran 10%-12% dengan asumsi payout ratio moderat.

ITMG bukan saham untuk mengejar pertumbuhan agresif (growth), melainkan "mesin ATM" diskon yang menawarkan keamanan neraca kelas dunia. Singkatnya, ITMG saat ini adalah safe haven with a massive yield.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali mencuri panggung sebagai "saham sejuta umat" yang bangkit dari tidur panjang. Laba bersih 9M-2025 melesat 34,6% menjadi US$ 78,4 juta (Rp 1,3 triliun), sebuah sinyal kuat keberhasilan efisiensi biaya di tengah pendapatan yang relatif stagnan di angka US$ 4,65 miliar.

Di harga pasar saat ini Rp 212 (asumsi kurs Rp 16.700/US$), BUMI diperdagangkan dengan valuasi yang sangat optimis: PE Ratio disetahunkan menembus 45,1x dan PBV mencapai 2,5x (berdasarkan ekuitas US$ 1,41 miliar).

Angka ini jauh di atas rata-rata industri, diperparah dengan EV/EBITDA di level 8,5x yang mengindikasikan harga sahamnya sudah priced for perfection.

Meski profitabilitas membaik, ROE (Return on Equity) disetahunkan masih berada di level 7,4%, tertinggal jauh dibandingkan efisiensi modal emiten batubara tier-1 lainnya.

Menggunakan kacamata Warren Buffett, dengan estimasi EPS tahunan Rp 4,7 dan asumsi diskon konservatif, Nilai Intrinsik BUMI sejatinya hanya berada di kisaran Rp 40 - Rp 50.

Artinya, harga pasar saat ini (Rp 212) diperdagangkan dengan premium lebih dari 300% di atas nilai wajarnya. Tidak ada Margin of Safety di sini; investor membeli "cerita pemulihan" (turnaround story) dengan harga yang sangat mahal, bukan aset diskon.

Bagi investor, daya tarik BUMI saat ini murni didorong oleh sentimen ritel dan likuiditas pasar, bukan fundamental value investing.

Kenaikan harga yang agresif tanpa dukungan yield dividen yang setara membuat saham ini berisiko tinggi bagi pemegang jangka panjang. Singkatnya, BUMI saat ini adalah turnaround story at a premium price.

Bisnis Indonesia

Tayang pada

21 November 2025 pukul 00.00

21/11/25

10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi

IDX Channel.com

Tayang pada

21 November 2025 pukul 00.00

21/11/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

Kontan

Tayang pada

21 November 2025 pukul 00.00

21/11/25

190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman

CNBC Indonesia

Tayang pada

21 November 2025 pukul 00.00

21/11/25

190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya

CNBC Indonesia

Tayang pada

21 November 2025 pukul 00.00

21/11/25

2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh