Business Insight
Tayang pada
28 Agustus 2025 pukul 00.00
Harga Komoditas Layu, Prospek Emiten Batubara Lesu
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Peluang emiten produsen batubara meraih pertumbuhan kinerja masih cukup terbuka di tengah fluktuasi harga komoditas.
Berdasarkan data Trading Economics, Rabu (27/8), harga batubara berjangka berada di level US$ 111,55 per ton pada Selasa (26/8) atau terkoreksi 3,42% dalam sebulan terakhir.
Meski begitu, harga batubara saat ini sudah melejit 19,95% dari posisi terendahnya pada 23 April 2025 di level US$ 93,70 per ton, ketika memanasnya isu tarif impor Amerika Serikat (AS).
Chief Executive Officer Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo menilai, potensi penguatan lanjutan pada harga batubara cenderung terbatas. Khususnya, di tengah kondisi kelebihan pasokan dan ketidakpastian permintaan dari negara konsumen besar seperti China dan India.
Emiten produsen batubara juga masih rentan mengalami perlambatan kinerja keuangan seiring harga batubara yang belum sepenuhnya pulih. Hal ini bisa berpengaruh ke penurunan margin secara profitabilitas.
Dus, salah satu langkah yang bisa ditempuh emiten batubara untuk mempertahankan kinerja adalah memaksimalkan kemampuan produksi sembari tetap melakukan efisiensi. Tapi, upaya tersebut tidak mudah, mengingat tren produksi batubara nasional turut mengalami penurunan.
Terlebih, di pasar domestik, volume produksi batubara nasional tergerus 11,93% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi 357,6 juta ton pada semester 1-2025. Seiring itu, realisasi ekspor batubara nasional tergerus 6,33% (yoy) menjadi 184,19 juta ton pada semester 1-2025.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan mencermati, untuk potensi rebound harga batubara, butuh katalis tambahan. Terutama, dari sisi permintaan komoditas di pasar global.
"Dengan kondisi sekarang, potensi kenaikan memang ada, tapi masih terbatas," ujar dia, kemarin.
Prospek emiten
Dari dalam negeri, melandainya harga nikel berpotensi membuat smelter pengolahan nikel mengurangi produksi, sehingga konsumsi batubara di sektor itu berkurang. "Beberapa smelter mulai mengurangi produksi. Jadi, permintaan batubara domestik bisa tertekan," beber Praska.
Toh, Ekky memproyeksi, PT Indo Tambangraya Megah Thk (ITMG) berpotensi menjadi emiten batubara dengan kinerja terbaik lantaran fokus pada batubara kalori tinggi. Saat ini, permintaan produk tersebut meningkat terutama dari China dan India.
Selain ITMG, ada PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berpeluang punya daya tahan tinggi di tengah tekanan industri batubara. "PTBA memiliki porsi besar untuk memenuhi kebutuhan domestik, sehingga kinerjanya lebih stabil dari emiten lain," katanya.
Praska menimpali, produksi batubara berpotensi kembali meningkat. Dus, emiten batubara akan diuntungkan. Cuma, emiten batubara tetap harus memantau permintaan dari China dan India yang sejauh ini telah mengurangi impor komoditas tersebut.
Dus, menurut Praska, saham ITMG layak dicermati dengan potensi harga dalam jangka panjang ke kisaran Rp. 24.500-Rp 25.500 per saham. Saham ITMG dipandang menarik karena ada sentimen dividen jumbo dan valuasi yang masih cukup murah.
Sepakat, Ekky menilai saham ITMG bisa dipertimbangkan investor dengan target harga Rp 25.000 per saham. Sedangkan PTBA menarik di level harga saat ini, dengan target jangka panjang Rp 2.900-Rp 3.000 per saham.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada