Media Indonesia
Tayang pada
31 Juli 2025 pukul 00.00
Harga dan Penjualan Batu Bara Melemah, TBS Percepat Transformasi Bisnis
PT TBS Energi Utama membukukan pendapatan konsolidasian sebesar US$172,2 juta. Angka itu lebih rendah dibandingkah periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai US$248,7 juta. Penurunan itu utamanya disebabkan oleh anjloknya volume penjualan segmen pertambangan batu bara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton. Selain itu, turunnya harga jual rata-rata dari US$83 per ton menjadi US$52,9 per ton juga menjadi pemicu lainnya.
Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks Harga batubara global yang terus melandai sejak tahun lalu. Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batu bara secara global dan keputusan Perseroan untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan.
Kendati mengalami penurunan pendapatan, tahun ini menjadi momen penting bagi TBS dalam mempercepat transformasi portofolio bisnis ke arah yang lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang. Di tengah kondisi pasar batubara yang terus melemah, perusahaan melakukan langkah strategis divestasi dari aset-aset konvensional. TBS telah secara aktif masuk ke dalam tiga lini usaha baru, yaitu pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik. Ketiga pilar ini menjadi fondasi utama dalam membangun bisnis yang lebih resilien, rendah karbon, dan berorientasi masa depan.
TBS pada tahun ini melakukan divestasi dua anak usaha pembangkit listrik tenaga uap, yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). Penjualan dua unit PLTU tersebut berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon Perseroan, yakni sebesar 1,4 juta ton setara CO2, setara dengan penurunan emisi sebesar 86% dalam setahun.
Pilar baru TBS dalam bisnis pengelolaan sampah juga mulai menunjukkan kontribusi positif secara signifikan. Unit usaha itu membukukan pendapatan sebesar US$59,6 juta dengan EBITDA mencapai US$10 juta hingga akhir Juni 2025.
Di sektor ekosistem kendaraan listrik, Electrum terus mempercepat transisi Indonesia menuju mobilitas listrik berkelanjutan. Hingga 20 Juli 2025, jumlah unit motor listrik (E2W) yang telah beroperasi mencapai 5.406 unit, meningkat 87% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan infrastruktur juga sangat pesat, dengan jumlah stasiun penukaran baterai (BSS) melonjak 150% menjadi 320 titik dari sebelumnya 128 titik. Saat ini, lebih dari 21.000 penukaran baterai terjadi setiap hari, mencerminkan tingginya kepercayaan dan keterlibatan pengguna terhadap ekosistem Electrum.Harga dan Penjualan Batubara Melemah, TBS Percepat Transformasi Bisnis
PT TBS Energi Utama membukukan pendapatan konsolidasian sebesar US$172,2 juta. Angka itu lebih rendah dibandingkah periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai US$248,7 juta. Penurunan itu utamanya disebabkan oleh anjloknya volume penjualan segmen pertambangan batubara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton. Selain itu, turunnya harga jual rata-rata dari US$83 per ton menjadi US$52,9 per ton juga menjadi pemicu lainnya.
Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks Harga batubara global yang terus melandai sejak tahun lalu. Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batubara secara global dan keputusan Perseroan untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan.
Kendati mengalami penurunan pendapatan, tahun ini menjadi momen penting bagi TBS dalam mempercepat transformasi portofolio bisnis ke arah yang lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang. Di tengah kondisi pasar batubara yang terus melemah, perusahaan melakukan langkah strategis divestasi dari aset-aset konvensional. TBS telah secara aktif masuk ke dalam tiga lini usaha baru, yaitu pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik. Ketiga pilar ini menjadi fondasi utama dalam membangun bisnis yang lebih resilien, rendah karbon, dan berorientasi masa depan.
TBS pada tahun ini melakukan divestasi dua anak usaha pembangkit listrik tenaga uap, yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). Penjualan dua unit PLTU tersebut berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon Perseroan, yakni sebesar 1,4 juta ton setara CO2, setara dengan penurunan emisi sebesar 86% dalam setahun.
Pilar baru TBS dalam bisnis pengelolaan sampah juga mulai menunjukkan kontribusi positif secara signifikan. Unit usaha itu membukukan pendapatan sebesar US$59,6 juta dengan EBITDA mencapai US$10 juta hingga akhir Juni 2025.
Di sektor ekosistem kendaraan listrik, Electrum terus mempercepat transisi Indonesia menuju mobilitas listrik berkelanjutan. Hingga 20 Juli 2025, jumlah unit motor listrik (E2W) yang telah beroperasi mencapai 5.406 unit, meningkat 87% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan infrastruktur juga sangat pesat, dengan jumlah stasiun penukaran baterai (BSS) melonjak 150% menjadi 320 titik dari sebelumnya 128 titik. Saat ini, lebih dari 21.000 penukaran baterai terjadi setiap hari, mencerminkan tingginya kepercayaan dan keterlibatan pengguna terhadap ekosistem Electrum. (E-3)
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Tayang pada
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Tayang pada