Investor.id
Tayang pada
2 Oktober 2025 pukul 00.00
Harga Batu Bara Terkoreksi meski Trump Beri Dukungan Besar
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara mayoritas terkoreksi pada Selasa (30/9/2025). Hal ini karena industri batu bara masih menghadapi tantangan berat meski Pemerintahan Presiden Donald Trump berikan dukungan besar bagi industri batu bara Amerika Serikat (AS).
Harga batu bara Newcastle untuk Oktober 2025 turun US$ 0,55 menjadi US$ 106,2 per ton. Sedangkan harga batu bara Newcastle November 2025 melemah US$ 0,2 menjadi US$ 108,55. Sementara Desember malah stabil di US$ 110,2 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2025 terkoreksi US$ 0,15 menjadi US$ 93,75. Sedangkan, November 2025 melemah US$ 0,15 menjadi US$ 95,4 dan Desember 2025 juga turun US$ 0,2 menjadi US$ 96,35.
Dikutip dari Trading View, Pemerintahan Presiden Donald Trump berjanji akan memberikan dukungan besar bagi industri batu bara Amerika Serikat (AS) melalui pemberian izin sewa lahan federal dan fasilitas pinjaman sektor energi. Langkah ini diperkirakan dapat memicu kebangkitan sementara bagi industri batu bara yang telah lama meredup.
Namun, sejumlah faktor lain diprediksi tetap menjadi penghambat bagi pemulihan yang lebih berkelanjutan. Persaingan ketat dari sumber energi lain, biaya distribusi dari tambang ke pembangkit listrik, hingga penolakan publik terhadap kenaikan emisi karbon bisa menghambat kembalinya kejayaan batu bara meski ada dukungan pemerintah.
Indikator utama untuk mengukur potensi penggunaan batu bara adalah kapasitas pembangkit listrik yang masih mengandalkan bahan bakar tersebut. Saat ini, batu bara masih tercatat sebagai sumber energi ketiga terbesar di AS setelah gas alam dan reaktor nuklir.
Listrik Batu Bara Menyusut
Namun, jejak penggunaan batu bara di sektor kelistrikan sudah jauh menyusut. Data lembaga riset energi Ember menunjukkan, antara 2010 hingga 2024 kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara di AS anjlok 43% atau setara dengan 145 gigawatt (GW).
Dengan penurunan sebesar itu, peluang batu bara untuk kembali ke level puncak sebelumnya dinilai hampir mustahil dalam waktu singkat, meskipun ada suntikan dukungan dari pemerintah.
Selain kapasitas yang menyusut, faktor logistik dan biaya transportasi dari lokasi tambang baru ke pembangkit listrik yang sudah ada menjadi persoalan serius. Tak hanya itu, resistensi terhadap peningkatan emisi karbon juga semakin kuat, baik dari masyarakat, regulator, maupun komunitas internasional.
Kombinasi faktor-faktor tersebut membuat masa depan batu bara di AS masih penuh ketidakpastian. Kebijakan pemerintah bisa menjadi katalis jangka pendek, tetapi daya saing dan arah transisi energi global akan tetap menentukan keberlanjutan industri ini.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada