Investor Daily
Tayang pada
2 Juni 2025 pukul 00.00
Harga Batu Bara Rontok, Dihajar Bejibun Sentimen
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara rontok pada Jumat (30/5/2025) Hal itu karena dihajar bejibun sentimen dari Indonesia, Rusia, hingga India.
Harga batu bara Newcastle untuk Mei 2025 turun US$ 0,1 menjadi US$ 100,8 per ton. Sedangkan harga batu bara Newcastle Juni 2025 jatuh US$ 2,2 menjadi US$ 103,3 per ton dan Juli 2025 anjlok US$ 1,55 menjadi US$ 106 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Mei 2025 naik US$ 0,2 menjadi US$ 95,9. Sedangkan, Juni 2025 jatuh US$ 1,75 menjadi US$ 94,55. Sementara pada Juli 2025 ambles US$ 1,7 menjadi US$ 94,8.
Dikutip dari Reuters, ekspor batu bara termal Indonesia tengah mengalami penurunan tajam. Selama Januari–Mei 2025, volume pengiriman tercatat hanya 188 juta ton—terendah dalam tiga tahun terakhir dan turun 12% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini membuat para eksportir terpaksa menurunkan harga ke level terendah dalam empat tahun demi menjaga daya saing. Akibatnya, biaya pembangkitan listrik berbasis batu bara di Asia pun ikut turun, yang memperbesar tantangan bagi pengembang gas alam yang ingin bersaing di pasar energi kawasan.
Penurunan terbesar terjadi di dua pasar utama Indonesia, ekspor ke China merosot 23% atau sekitar 20 juta ton, sementara ke India turun 14% atau 6,5 juta ton. Kedua negara ini biasanya menyerap dua pertiga dari total ekspor batu bara Indonesia, namun kini lebih mengandalkan produksi domestik mereka sendiri.
Upaya diversifikasi pasar ke negara lain pun tidak banyak membantu. Permintaan dari negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Filipina juga menurun karena lemahnya aktivitas industri global. Hingga Mei 2025, delapan dari sepuluh pasar utama batu bara Indonesia tercatat mengalami penurunan impor dibanding tahun lalu.
Tak hanya Indonesia, negara produsen batu bara lain seperti Australia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Rusia juga menurunkan harga jual mereka. Banyak indeks harga batu bara internasional kini berada di titik terendah sejak lebih dari empat tahun terakhir.
Sentimen Rusia
Sementara sentimen dari Rusia, Pemerintah Rusia pada Jumat (30/5/2025) menyatakan telah menyepakati langkah-langkah untuk mendukung industri batu bara yang tengah kesulitan. Dukungan tersebut mencakup penundaan pembayaran pajak, serta pembatasan pembagian dividen dan bonus bagi jajaran manajemen puncak.
Langkah ini diambil menyusul berbagai tantangan yang dihadapi produsen batu bara Rusia, termasuk sanksi internasional terkait invasi ke Ukraina.
Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (IEA), ekspor batu bara Rusia turun 6% pada tahun lalu. Penurunan ini dipicu oleh gangguan infrastruktur dan tekanan dari sanksi ekonomi global.
Impor batu bara India pada tahun fiskal 2024–2025 tercatat turun 7,9% menjadi 243,62 juta ton (MT), dibandingkan 264,53 MT pada tahun fiskal sebelumnya. Penurunan ini menghasilkan penghematan devisa sekitar US$ 7,93 miliar atau setara Rp 60.681,67 crore.
Penurunan paling signifikan terjadi pada sektor non-regulasi, di luar sektor kelistrikan, yang mencatat penurunan impor sebesar 8,95% secara tahunan (year-on-year).
Menariknya, meski pembangkit listrik tenaga batu bara tumbuh 3,04% dibandingkan tahun sebelumnya, impor batu bara untuk kebutuhan pencampuran (blending) di PLTU justru merosot tajam sebesar 41,4%.
Data ini menunjukkan upaya berkelanjutan India dalam mengurangi ketergantungan terhadap batu bara impor dan memperkuat kemandirian dalam produksi batu bara domestik.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Tayang pada
Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara
Kontan
Tayang pada