Investor Daily
Tayang pada
11 April 2025 pukul 00.00
Harga Batu Bara Menguat, Kenapa?
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara mayoritas menguat pada Kamis (10/4/2025). Hal itu ditopang sentimen dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerbitkan perintah eksekutif bertajuk ‘Achieving American Energy Dominance, yang menetapkan batu bara sebagai material kritis strategis.
Harga batu bara Newcastle untuk April 2025 turun US$ 0,25 menjadi US$ 96,25 per ton. Sedangkan Mei 2025 melonjak US$ 1,1 menjadi US$ 99,6 per ton. Sementara itu, Juni 2025 naik US$ 0,8 menjadi US$ 102,9 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk April 2025 naik US$ 0,85 menjadi US$ 102,4. Sedangkan, Mei 2025 meningkat US$ 1,65 menjadi US$ 100,7. Sedangkan pada Juni 2025 terkerek US$ 1,4 menjadi US$ 100,3.
Sebagai bagian dari strategi energi nasionalnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerbitkan perintah eksekutif bertajuk ‘Achieving American Energy Dominance’, yang menetapkan batu bara sebagai material kritis strategis.
Dalam perintah tersebut, Trump menginstruksikan agar batu bara digunakan untuk memasok energi bagi pusat data kecerdasan buatan (AI) dan memperkuat statusnya sebagai sumber daya penting bagi kepentingan nasional.
Trump juga memerintahkan seluruh lembaga federal untuk mencabut kebijakan yang mendorong transisi dari batu bara ke energi bersih, sebagai bagian dari upaya memenuhi janji kampanye Partai Republik untuk menghidupkan kembali industri bahan bakar fosil di Amerika Serikat.
Namun, langkah Trump mendorong peningkatan produksi batu bara di dalam negeri dan menghidupkan kembali pembangkit listrik batu bara yang sudah dinonaktifkan dinilai ‘tidak masuk akal secara ekonomi’, menurut laporan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) pada Kamis (10/4).
Dalam laporannya, IEEFA menyebut bahwa perintah eksekutif Trump berpotensi menunda penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara dan bahkan mendorong pengoperasian ulang terhadap 102 unit pembangkit yang baru saja ditutup.
Pasokan Berimpah
Meski demikian, harga batu bara Newcastle turun ke bawah US$ 97 per ton pada April, mencatat penurunan lebih dari 20% sejak awal tahun dan menyentuh level terendah dalam hampir empat tahun. Penurunan ini terjadi di tengah melimpahnya pasokan dari negara-negara produsen utama dunia.
Data dari Indonesia menunjukkan bahwa produksi batu bara nasional mencapai rekor 836 juta ton pada tahun lalu, melampaui target awal sebesar 18%. Namun, permintaan terhadap batu bara termal dibatasi oleh investasi yang terus tumbuh pada sumber energi alternatif.
Sementara itu, China berencana meningkatkan produksinya sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada tahun ini, meski produksi pada 2024 sudah mencetak rekor. Langkah ini diambil meski stok batu bara di dalam negeri dan negara-negara tetangga di Asia masih tinggi menjelang musim semi, yang memaksa para penambang untuk menurunkan harga demi menarik pembeli.
Padahal, data dari China juga menunjukkan bahwa pembangkit listrik berbahan bakar fosil mengalami penurunan produksi sebesar 1,3% secara tahunan dalam dua bulan pertama tahun ini, seiring musim dingin yang lebih hangat dan mengurangi permintaan listrik untuk pemanas.(berbagai sumber)
Sumber:
Artikel Lainnya
Ekonomi
Tayang pada
Adaro, Arutmin Cs Segera Dikenai Tarif Baru Royalti Batu Bara, Ini Besarannya
Warta Ekonomi
Tayang pada
APBI Nilai Kebijakan Batu Bara Trump Tak Ganggu Ekspor Indonesia
Majalah Tambang
Tayang pada
AS Balik ke Batu Bara, Genjot Produksi Pasok Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Kontan
Tayang pada
Aturan Tarif Royalti Minerba Disahkan, Pelaku Usaha Siapkan Strategi Efisiensi
Media Indonesia
Tayang pada