Investor Daily
Tayang pada
1 Agustus 2025 pukul 00.00
Harga Batu Bara Menguat, Dipicu Prediksi Tren Konsumsi Terus Meningkat
JAKARTA, investor.id – Harga batu bara menguat pada Senin (28/7/2025). Kenaikan harga ini dipicu prediksi tren konsumsi batu bara tren diperkirakan akan terus meningkat, setelah mencetak rekor tertinggi pada 2024.
Harga batu bara Newcastle untuk Agustus 2025 naik US$ 0,1 menjadi US$ 115,15 per ton, harga batu bara Newcastle September 2025 terkerek US$ 0,3 menjadi US$ 117,4 per ton, dan Oktober 2025 menguat US$ 0,2 menjadi US$ 118,8 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Agustus 2025 turun US$ 0,65 menjadi US$ 103,9, September 2025 terpangkas US$ 0,3 menjadi US$ 105,35, dan Oktober 2025 terkerek US$ 0,1 menjadi US$ 106,6.
Dikutip dari Oilprice, di tengah ambisi global untuk menekan emisi karbon dan mencapai target iklim, konsumsi batu bara justru mencetak rekor tertinggi pada tahun 2024.
Tren ini diperkirakan akan terus meningkat, seiring rencana pembangunan lebih dari 850 tambang batu bara baru di seluruh dunia, dengan China sebagai aktor utama dalam ekspansi ini, meski negara tersebut juga memimpin dalam pengembangan energi hijau.
Menurut laporan Global Energy Monitor, kapasitas tambang baru yang dibuka pada 2024 memang turun 46% dari tahun sebelumnya, menjadi 105 juta ton, pertumbuhan terendah sejak 2014. Namun, di saat yang sama, proyek tambang batu bara yang sedang dikembangkan secara global mencapai 2,27 miliar ton per tahun, dan setengahnya berada di China, negara yang juga mengonsumsi 56% batu bara dunia tahun lalu.
Andalan Negara Maju
Tak hanya Asia, negara-negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat (AS) pun mulai kembali mengandalkan batu bara. Jerman mengalami lonjakan konsumsi pada awal 2025 akibat ‘drought’ angin yang berkepanjangan, sementara AS baru saja mengesahkan izin tambang batu bara baru di Tennessee, kebijakan yang tak terpikirkan beberapa tahun lalu.
Produksi listrik berbasis batu bara di Eropa meningkat 2% pada paruh pertama 2025, menjadi yang tertinggi dalam dua tahun terakhir, di tengah turunnya output listrik tenaga angin sebesar 9%. Bahkan, lonjakan gas sebesar 19% tak cukup menutupi celah kebutuhan listrik, menunjukkan batu bara masih jadi pilihan darurat.
Padahal, untuk menjaga suhu global tak naik lebih dari 1,5°C, PBB memperkirakan produksi batu bara global harus dikurangi hingga 75% dari level 2020 pada 2030. Namun, data justru menunjukkan hal sebaliknya.
Sejak kesepakatan Paris 2015, kapasitas pembangkit listrik batu bara yang beroperasi meningkat 13% dan kini mencapai 2.175 GW, dengan 611 GW lainnya dalam tahap pengembangan.
Pendorong utamanya adalah Lonjakan permintaan listrik akibat ledakan kecerdasan buatan (AI). Infrastruktur AI haus daya, dan energi murah seperti batu bara tetap jadi pilihan, meski investasi besar-besaran telah mengalir ke energi angin, surya, dan baterai
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Detik Kalimantan
Tayang pada
7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan
Tribun Kaltim
Tayang pada
70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang
CNBC Indonesia
Tayang pada