CNBC Indonesia
Tayang pada
3 September 2025 pukul 00.00
Harga Batu Bara di China Punya Pola Aneh: Bikin Pusing & Sulit Ditebak
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melemah usai terbang dua hari.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Selasa (2/9/2025) ditutup di posisi US$ 109,7 per ton atau turun 1%. Pelemahan ini memutus tren positif hargabatu bara yang sebelumnya menguat dalam dua hari beruntun dengan penguatan 1,1%.
Harga batu bara melemah di tengah ketidakjelasan pergerakan harga di China.
Menurut laporan dari Sxcoal, harga batu bara térmal di China sepanjang Agustus bergerak membentuk pola inverted V. Pola ini meningkat tajam pada pertengahan bulan lalu kemudian menurun memasuki akhir bulan, seiring perubahan dalam permintaan dan pasokan.
Awal hingga pertengahan Agustus, harga naik didorong oleh tingginya permintaan musim panas (seperti untuk pendinginan) dan gangguan pasokan dekat area tambang, termasuk inspeksi keselamatan dan cuaca ekstrem. Akibatnya, pasokan tertekan bahkan saat konsumsi meningkat.
Menuju akhir Agustus, permintaan mulai melemah, terutama karena pendinginan suhu dan menurunnya aktivitas industri, menyebabkan harga merosot dan kembali stabil pada level yang lebih rendah.
Pola inverted V mencerminkan respons pasar terhadap tekanan supply-demand. Ada dorongan awal oleh pasokan ketat dan permintaan puncak, diikuti koreksi saat permintaan mengendur.
Kondisi ini menunjukkan sensitivitas harga batu bara térmal terhadap faktor musiman (seperti panas musim panas) dan gangguan pasokan.
Pasokan dan permintaan yang fluktuatif menciptakan volatilitas harga singkat, dengan tren koreksi cepat saat momentum konsumsi reda.
Situs Sxcoal mencatat bahwa pasar coking coal di China mengalami penurunan menyeluruh sepanjang Agustus.
Hal ini terjadi setelah lonjakan singkat sebelumnya yang berlanjut dari Juli meski sempat terdorong oleh kondisi pasokan yang ketat akibat curah hujan tinggi dan inspeksi keamanan, sentimen pasar akhirnya memburuk.
Sementara itu, menurut SunSirs, terdapat fenomena rebound bertahap di pertengahan Agustus, dengan indeks harga coking coal tercatat sebesar CNY 1.418/ton per 29 Agustus, naik sekitar 1,98% dibandingkan awal bulan.
Namun, memasuki paruh kedua Agustus, pasar mulai melemah dan terstabil di level yang relatif rendah.
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan minat beli dari sektor hulu (seperti pabrik pengolahan baja) yang membeli lebih hati-hati, meski sejumlah pabrik menunjukkan profit yang baik dengan stok rendah di awal bulan.
Pola harga terbilang berbeda di mana Agustus dimulai dengan reli harga karena terbatasnya pasokan (akibat hujan tinggi dan inspeksi keamanan), tetapi sentimen pasar mulai memburuk di akhir bulan, dengan harga cenderung stabil namun melemah.
Harga melemah saat permintaan dari industri pengolah baja menurun.
Dari India, perusahaan milik negara Coal India Ltd (CIL) pada Senin menyatakan produksinya turun 3,5% menjadi 280,2 juta ton (MT) pada periode April-Agustus tahun fiskal berjalan.
Penurunan produksi ini terjadi meskipun pemerintah berupaya meningkatkan output untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
CIL menyumbang lebih dari 80% produksi batu bara domestik India. Produksi perusahaan pada periode April-Agustus tahun fiskal sebelumnya mencapai 290,4 juta ton.
Pada tahun fiskal 2024-25, total produksi CIL mencapai 781,1 juta ton, sekitar 7% lebih rendah dari target tahunan perusahaan. Target produksi CIL saat itu adalah 838 juta ton.
Untuk tahun fiskal 2025-26, Coal India Ltd menargetkan produksi 875 juta ton dengan realisasi penjualan (offtake) sebesar 900 juta ton.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada