Bloomberg
Tayang pada
7 November 2025 pukul 00.00
Harga Batu Bara 2026 Diprediksi Stabil, Permintaan Stagnan
Bloomberg Technoz, Jakarta – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memprediksi harga batu bara Indonesia pada 2026 cenderung stabil seperti pergerakan pada tahun ini, tetapi faktor pembentuk harga—seperti permintaan dan produksi global — akan menentukan pergerakan harga tersebut.
Adapun, harga batu bara pada tahun ini bergerak di sekitar US$90—US$110 per ton.
Plt. Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani menyatakan pergerakan harga batu bara pada setiap kategori akan berbeda-beda. Dia memprediksi pergerakannya akan serupa seperti yang terjadi belakangan–yakni fluktuatif, tetapi cenderung stabil.
“Kalau saya lihat, mungkin agak-agak mirip sama review-nya pada akhir-akhir tahun ini. Apakah ada peningkatan signifikan? Enggak juga, karena harga komoditas, terutama batu bara, ini sangat ditentukan oleh permintaan itu sendiri,” kata Gita di Coalindo Coal Conference 2025, dikutip Kamis (6/11/2025).
“Jadi, ada supply dan demand. Nah, itulah yang kita bisa selalu berpatokkan supply dan demand-nya ini berapa,” lanjut dia.
Permintaan China
Ihwal permintaan, Gita memandang importir utama batu bara Indonesia yakni China masih akan membutuhkan batu bara Indonesia. Akan tetapi, produksi batu bara China juga masih kuat.
Dengan demikian, Gita memproyeksikan harga batu bara pada tahun depan tidak akan mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan pergerakan tahun ini.
Meski begitu, Gita menyatakan harga batu bara tetap bisa melonjak jika terjadi konflik geopolitik yang mengguncang kebutuhan energi dunia.
“Kami memproyeksikan itu rasanya tidak akan ada perubahan signifikan, kecuali misalnya ada kejadian-kejadian geopolitikal yang kemarin seperti Ukraina, Rusia, tetapi kan kita enggak mau juga berharap itu terjadi,” ucap Gita.
Terpisah, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surya Herjuna menyatakan Indonesia mulai mencari pasar ekspor batu bara baru untuk mengatasi penurunan permintaan dari China dan India.
Surya mengklaim saat ini sudah mulai banyak permintaan batu bara dari Filipina, bahkan Filipina saat ini sedang menjadi negara penopang kinerja ekspor batu bara Indonesia.
“Kalau data kita sih yang [permintaannya] mulai agak naik Filipin ya. Filipin sekarang menjadi backbone juga untuk ekspor batu bara kita. Artinya ya ada pasar baru lah di [luar] China sama India,” kata Surya, dilokasi yang sama.
Surya menyatakan Filipina membutuhkan batu bara yang cukup besar untuk memenuhi pasokan pembangkit listrik di negara tersebut, tetapi dia enggan mengungkapkan besaran ekspor batu bara Indonesia ke Filipina.
“Karena mereka kan kebanyakan kan negara pulau-pulau ya, pasti butuh pembangkit yang besar di masing-masing pulau,” ucap dia.
Di sisi lain, Surya memprediksi ekspor batu bara Indonesia pada tahun ini lebih rendah sekitar 525 juta ton atau lebih rendah 30 juta ton dari realisasi ekspor tahun 2024 yang mencapai 555 juta ton.
Surya memandang potensi penurunan kinerja ekspor terjadi gegara kondisi makroekonomi global yang sedang tidak menentu, hingga mengakibatkan permintaan batu bara dari negara mitra seperti China dan India menurun.
“Memang ada kecenderungan turun, tetapi turunnya itu kan bukan karena batu bara kita enggak laku. Memang, ekonomi kan lagi turun. Di China juga turun, di India juga turun. Artinya juga DMO juga turun,” kata Surya.
“Artinya itu bukan karena ekspor kita gak laku sebenarnya. Ya memang kecenderungan lagi turun,” klaim dia.
Untuk produksi batu bara Indonesia, lanjut Surya, Januari hingga September 2025 tercatat mencapai 585 juta ton. Surya mengatakan produksi batu bara Januari—September 2025 tersebut turun 7,47% secara tahunan atau year on year (yoy).
Sebagai informasi, berdasarkan data Argus Media dan Coalindo yang ditampilkan, harga batu barapada kategori Indonesia Coal Index atau ICI 1 (Indonesian 6,500 GAR / 6,200 NAR) tercatat sebesar US$100,5 per ton pada Oktober 2025, US$99,73 per ton pada September 2025, dan US$99,96 per ton pada Agustus 2025.
Selanjutnya, ICI 2 (Indonesian 5,800 GAR / 5,500 NAR) tercatat sebesar US$77,50 per ton pada Oktober 2025, US$76,20 per ton pada September 2025, dan US$75,41 per ton pada Agustus 2025.
Sementara itu, ICI 3 (Indonesian 5,000 GAR / 4,600 NAR) tercatat sebesar US$60,74 per ton pada Oktober 2025, US$58,55 per ton pada September 2025, dan US$57,78 per ton pada Agustus 2025.
Lalu, ICI 4 (Indonesian 4,200 GAR / 3,800 NAR) tercatat sebesar US$44,67 per ton pada Oktober 2025, US$43,00 per ton pada September 2025, dan US$42,53 per ton pada Agustus 2025.
Adapun, ICI 5 (Indonesian 3,400 GAR / 3,000 NAR) tercatat sebesar US$31,53 per ton pada Oktober 2025, US$30,73 per ton pada September 2025, dan US$30,62 per ton pada Agustus 2025.
Sementara itu, harga batu bara melesat pada perdagangan kemarin. Dengan demikian, harga si batu hitam resmi naik tiga hari beruntun.
Pada Selasa (4/11/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$ 110,85/ton. Melonjak 1,14% dari hari sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak 27 Agustus atau lebih dari dua bulan terakhir.
Harga batu bara pun sah menguat tiga hari beruntun. Selama tiga hari tersebut, harga bertambah 6,69%.
Sumber:
Artikel Lainnya
Bisnis Indonesia
Tayang pada
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Tayang pada
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Tayang pada
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Tayang pada