Bisnis
Tayang pada
23 September 2025 pukul 00.00
ESDM Kantongi Minat Swasta Garap DME Batu Bara, Keekonomian Lebih Menarik
Bisnis.com, MANGUPURA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerima sejumlah proposal dari perusahaan swasta yang berminat mengembangkan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).
Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno menuturkan berdasarkan proposal yang diajukan, pengembangan proyek DME cukup memungkinkan lantaran nilai keekonomiannya relatif terjangkau. "Kami terus mengkaji. Dan ada beberapa proposal menunjukan keekonomian yang positif sehingga DME bisa kita kembangkan," kata Tri dalam acara CT Asia 2025 di Jimbaran, Bali, Senin (22/9/2025).
Menurutnya, perusahaan swasta itu bakal bekerja sama dengan perusahaan asal China. Namun, Tri belum bisa mengungkapkan identitas perusahaan-perusahaan yang dimaksud. Adapun, perusahaan itu bakal berinvestasi sekitar US$1,4 miliar atau setara Rp23,23 triliun (asumsi kurs Rp16.595 per US$) untuk proyek DME. "Kalau enggak salah [investasinya] US$1,3 miliar atau US$1,4 miliar," ucap Tri.
Tri sebelumnya mengklaim, proposal yang diajukan oleh perusahaan itu cukup menarik. Sebab, tingkat pengembalian internal (internal rate of return/IRR) dari perusahaan itu untuk proyek DME sudah di atas 15%. Lebih lanjut, Tri menuturkan, proyek DME juga berpotensi digarap oleh perusahaan pelat merah di bawah BPI Danantara. Terlebih, proyek DME merupakan satu dari 18 proyek hilirisasi dan ketahanan energi yang tengah dikaji Danantara. Adapun, 18 proyek ini tengah dalam tahap studi kelayakan (pra feasibility study/FS).
Namun, Tri belum bisa memastikan kapan proyek DME itu dimulai. Namun, menurutnya, sejauh ini proses pra-FS cukup positif. "Kan mulai juga mesti ada FS. FS detailnya belum. Tapi pra-FS nya sudah positif," katanya. Sebelumnya, Tri mengatakan jika proyek DME berhasil, maka Indonesia bisa mengurangi impor LPG. Dia menyebut, kebutuhan LPG di Tanah Air mencapai 8 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6,5 juta hingga 7 juta ton masih berasal dari impor. Oleh karena itu, DME diharapkan bisa menekan kebutuhan impor tersebut.
"Dengan DME itu kita mengurangi ketergantungan dari impor dan swasembada energi bisa kita laksanakan," katanya beberapa waktu lalu. Program hilirisasi batu bara menjadi DME ini telah dicetuskan sejak era pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Namun, hingga saat ini, program tersebut masih belum berjalan. Terlebih, usai investor utamanya dari Amerika Serikat (AS), Air Products, memutuskan untuk mundur dari kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada 2023 silam.
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada