Bisnis Indonesia
Tayang pada
6 November 2025 pukul 00.00
ESDM Atur Ulang Strategi Produksi Batu Bara Agar Harga Kompetitif
Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, Indonesia harus mencari titik keseimbangan baru antara volume produksi batu bara dan nilai keekonomian di pasar global. Pemerintah menginginkan Indonesia menjual batu bara dengan harga optimal meskipun produksi mengalami penurunan.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Surya Herjuna mengatakan, optimalisasi harga kala produksi turun diperlukan untuk menjaga kenaikan penerimaan negara. "Artinya, ekuilibrium antara produksi dan harga harus ditemukan. Kalau kita terus masuk ke fase produksi besar, pasar akan meresponsnya, 'Ya sudah Indonesia juga jor-joran juga'," kata Surya dalam agenda 2nd Coalindo Coal Conference, Rabu (5/11/2025).
Dalam catatannya, produksi batu bara nasional mengalami penurunan sebesar 7,47% secara tahunan (year-on-year) menjadi 584,17 juta ton per September 2025. Adapun, target produksi batu bara tahun ini mencapai 739,67 juta ton. Total cadangan batu bara nasional sekitar 93 miliar ton, 73% di antaranya merupakan batu bara berkalori rendah, sedangkan kalori tinggi hanya 5%, dan kalori menengah sekitar 8%.
Kondisi ini membuat daya saing batu bara Indonesia di pasar global menjadi terbatas, terutama karena sebagian besar tambang batu bara berkalori menengah dan tinggi berasal dari perusahaan tambang lama dengan tingkat stripping ratio yang tinggi serta berada di kawasan hutan yang sulit diakses.
“Artinya, sebenarnya keterdapatan kita untuk menguasai pasar-pasar Asia atau dunia itu dari segi resources tidak terlalu kompetitif,” ungkapnya. Namun, di sisi lain, Indonesia masih mengekspor ke sejumlah negara hingga 400 juta ton. Pasar ekspor batu bara terbesar yaitu China sebesar 120 juta ton. India dan Filipina juga menjadi backbone tujuan pasar batu bara nasional.
Dia menjelaskan bahwa pemerintah perlu mengatur kembali strategi produksi agar komoditas batu bara tetap memiliki posisi tawar kuat di pasar. Menurutnya, konsep optimalisasi bukan sekadar meningkatkan produksi, tetapi memastikan nilai jual tetap menarik. “Kalau orang dagang itu lebih baik jualan dikit untung besar daripada jualan banyak untungnya sama," tuturnya.
Salah satu kebijakan yang sedang dievaluasi adalah optimalisasi royalti, terutama bagi perusahaan yang memiliki kapasitas produksi besar. Namun, kontribusinya dinilai belum maksimal. Surya menyebut, ada perusahaan yang secara volume cukup tinggi.
Namun, tidak memberikan dampak penerimaan negara setara dengan produksi yang dihasilkan. Dari perspektif pasar, pemerintah melihat permintaan batu bara masih terbuka hingga 2027, dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 5–10%. Namun, pemerintah tidak ingin peningkatan permintaan tersebut justru memicu produksi berlebih yang dapat menekan harga batu bara Indonesia di pasar global. "Jadi pemerintah mencoba supaya agar gap yang terlalu besar antara produksi dan penjualan itu tidak melebar terus," pungkasnya.
Sumber:
Artikel Lainnya
Bisnis Indonesia
Tayang pada
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Tayang pada
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Tayang pada
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Tayang pada