KONTAN
Tayang pada
18 November 2025 pukul 00.00
Emiten Batubara Terbebani Ancaman Penurunan Produksi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan yang dihadapi emiten-emiten produsen batubara diperkirakan berlanjut hingga tahun 2026. Ini sejalan dengan prediksi penurunan produksi batubara di dalam negeri.
Salah satu emiten batubara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan langkah antisipasi. Di antaranya optimasi biaya, peningkatan efisiensi operasional, serta perencanaan penambangan yang lebih selektif untuk menjaga harga pokok produksi (HPP) tetap kompetitif. "Kami juga terus mengembangkan infrastruktur dan rantai pasok logistik agar biaya angkutan lebih efisien," kata Corporate Secretary Division Head PTBA, Eko Prayitno, Sabtu (15/11).
Hingga kuartal 1II-2025, volume produksi batubara PTBA naik 9% per tahun menjadi 35,90 juta ton. Pada periode sama, volume penjualan batubara PTBA tumbuh 8% setahun menjadi 33,70 juta ton.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo menilai, potensi penurunan produksi batubara merefleksikan kondisi permintaan komoditas tersebut belum sepenuhnya pulih untuk jangka pendek dan menengah.
Ekspor batubara juga menghadapi tantangan karena kebijakan China memilih batubara dengan kalori lebih tinggi. Sehingga sulit dipenuhi esportir batubara indonesia. Sentimen-sentimen ini bersifat negatif dan bisa menekan margin emiten batubara," kata Praska, Jumat (14/11).
Diversifikasi bisnis
Emiten batubara juga bisa menekan biaya produksi serta mengevaluasi capital expenditure (capex) untuk keperluan pembelian peralatan tambang dan alat berat.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, produksi batubara nasional yang terancam berkurang pada tahun 2026 semestinya jadi momentum bagi emiten di sektor ini mempercepat diversifikasi di luar batubara. Upaya ini cukup penting dalam menjaga keberlanjutan usaha jangka panjang.
Nafan mengambil contoh PT Indika Energy Tbk (INDY) yang aktif membangun ekosistem kendaraan listrik untuk memperkuat ketahanan bisnis di tengah penurunan permintaan batubara. Beberapa emiten lain juga mulai melakukan espansi ke bisnis yang tak terkait batubara. "Agar kinerja tetap sustain, emiten juga perlu memperkuat prinsip tata kelola usaha yang baik dan efisiensi bisnis," imbuh dia, Minggu (16/11).
Nafan melihat saham-saham emiten batubara dalam kondisi yang cukup bervariasi. Sebagai contoh, saat ini saham BUMI sedang berada dalam kondisi jenuh beli (overbought) yang ekstrem akibat lonjakan harga tajam dalam beberapa tahun terakhir
Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) cenderung bergerak sideways. Namun harganya kerap terkoreksi ketika musim pembagian dividen. Sebaliknya, PTBA berada dalam tren menurun sehingga investor perlu wait and see, meski emiten ini menawarkan rekam jejak dividen yield yang tinggi di tengah tantangan industri batubara.
Dari sekian emiten batubara, Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham INDY dengan target harga di level Rp 2.430 per saham. Serta saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) turut direkomendasikan add dengan target harga Rp 9.225.
Menurut Praska, saham-saham emiten batubara sebenarnya punya valuasi menarik. Tapi risiko tekanan terhadap kinerja keuangan masih cukup besar: Dia menyebut, saham PTBA dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dipantau karena royal dalam membagi dividen dengan yield cukup tinggi.
Sumber:
Artikel Lainnya
Bisnis Indonesia
Tayang pada
10 dari 190 Izin Tambang yang Dibekukan Sudah Bayar Jaminan Reklamasi
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
Kontan
Tayang pada
190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman
CNBC Indonesia
Tayang pada
190 Izin Tambang Ditangguhkan, Dirjen Minerba Beberkan Alasannya
CNBC Indonesia
Tayang pada