Kontan
Tayang pada
3 September 2025 pukul 00.00
Ekspor Batubara Januari–Juli Terkoreksi, Kementerian ESDM Dorong Diversifikasi Pasar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja ekspor batubara nasional mengalami koreksi sepanjang Januari–Juli 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor batubara sepanjang Januari-Juli 2025 mencapai US$ 13,82 miliar, atau turun 21,74% bila dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US4 17,66 miliar.
Volume ekspor batubara juga ikut terkoreksi, hingga Juli 2025 mencapai 214,71 juta ton atau turun 6,96% dari periode sama tahun lalu. Rata-rata unit volume mencapai US$ 64,37 per ton atau turun 9,64% dari periode sama tahun lalu.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno menjelaskan, penurunan ekspor ini dipengaruhi meningkatnya produksi batubara di dua negara utama tujuan ekspor Indonesia, yakni China dan India.
“Itu China dan India memang kapasitas produksinya naik. Sedangkan kita ekspor utamanya ke kedua negara itu. Nah jadi wajar-wajar saja sebetulnya. Sebetulnya ini siklus saja, harga naik turun, seperti itulah kira-kira,” kata Tri saat ditemui di Kompleks DPR RI, Rabu (3/9).
Meski demikian, pemerintah tetap mendorong perluasan pasar ekspor untuk mengantisipasi penurunan permintaan dari China dan India. Menurut Tri, potensi terbesar masih berada di kawasan Asia, khususnya negara-negara ASEAN.
"Nah untuk Asia itu utamanya untuk ASEAN coba dijajaki. Kita sudah ngomong sudah dengan APBI, coba dijajaki misalnya Vietnam, Malaysia, Thailand, terus kemudian Filipina itu coba dijajakin. Karena kalau dari Rusia kan terlalu jauh juga. Jadi peluang di ASEAN kita dorong,” ujarnya.
Tri menambahkan, pemerintah berharap ekspansi pasar dapat terealisasi pada sisa tahun ini, meski secara keseluruhan kinerja ekspor diperkirakan tetap menurun dibandingkan dengan tahun lalu maupun prognosa awal 2025.
Kendati ekspor terkoreksi, pemerintah optimistis target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor batubara tetap tercapai. “Target insyaallah bisa,” tegas Tri.
Berdasarkan catatan KONTAN sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia mengatakan turunnya ekspor batubara di 2025 dibandingkan 2024 sudah diprediksi sebelumnya.
Ini disebabkan adanya kondisi pasar batubara termal global sejak 2023 itu dalam kondisi kelebihan pasokan atau oversupply yang berlanjut hingga 2025.
"Kondisi oversupply disebabkan antara lain tingginya produksi di beberapa negara produsen utama batubara dunia, termasuk Indonesia dan juga Tiongkok dan India yang mencatat rekor produksi tertinggi di 2024," ungkap dia kepada Kontan, Selasa (2/09).
Hendra menambahkan, produksi batubara China di 2024 yang mencapai 4,7 miliar ton merupakan rekor produksi tertinggi selama beberapa tahun terakhir.
"Konsumsi batubara mereka (China) juga meningkat tapi tidak sebanding dengan pasokan sehingga impor mereka lebih rendah," ujar dia.
Sama halnya dengan China, produksi batubara India sepanjang tahun 2024 mencapai lebih dari satu miliar ton, dengan beberapa sumber menyebutkan angka sekitar 1.047,57 juta ton hingga 1.047,69 juta ton. Hal ini juga berdampak pada permintaan impor negara tersebut ke Indonesia.
"Sama halnya dengan Tiongkok, produksi batubara di India 2024 juga tingkat tertinggi," tambahnya.
Hal senada juga diungkap oleh Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI). Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani, penurunan kinerja ekspor batubara hingga Juli 2025 memang terutama dipengaruhi oleh melemahnya permintaan dari pasar utama, khususnya China dan India.
"Di China, ekspor batubara Indonesia pada periode Januari–Juli 2025 turun 19,2% secara tahunan, meskipun terjadi kenaikan bulanan sebesar 42,1% pada Juli," kata dia.
Gita menambahkan, penurunan impor China secara global juga sempat berlangsung selama tiga bulan berturut-turut sebelum kembali naik 7,8% secara bulanan pada Juli, yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, gangguan pasokan domestik, dan puncak permintaan musim panas.
"Namun secara tahunan, impor batubara China masih turun 22,9% karena negara tersebut meningkatkan produksi batubara domestik sekaligus mempercepat transisi ke energi baru terbarukan (EBT), yang kapasitasnya kini telah melebihi kapasitas batubara," jelas dia.
Adapun di India, impor batubara termal pada Juli 2025 menurun 16% secara tahunan akibat melemahnya permintaan listrik dan sektor industri, gangguan akibat musim monsun, serta diversifikasi pasokan ke batubara dengan kalori menengah ke tinggi dari negara lain seperti Afrika Selatan, AS, dan Australia.
"Akibatnya, ekspor batubara Indonesia ke India pada periode Januari–Juli 2025 juga turun 8,8% secara YTD," tambah Gita.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
2 Kabar Baik Hari ini: Harga Batu bara Naik, China Balik ke RI Lagi
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
Bloomberg Technoz
Tayang pada
5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara
Detik Kalimantan
Tayang pada