CNBC Indonesia

Tayang pada

26 Juni 2025 pukul 00.00

Diam-diam, Batu bara China Mulai Menjajah Indonesia! Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia- China mulai membanjiri Indonesia dengan batu bara. Produksi yang tinggi serta melemahnya permintaan dalam negeri membuat China "membuang" pasokan batu bara nya ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Di saat negara Tirai Bambu menata ulang arah industrinya menuju energi bersih, gelombang baru justru datang: bukan dari dalam, melainkan dari kapal-kapal besar yang menurunkan batu bara China di pelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Ekspor Batu bara China ke Indonesia Melonjak

Selama lima bulan pertama 2025, China telah mengekspor 2,5 juta ton batu bara, naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan menjadi tujuan utama ekspor, meskipun sebagian kargo juga dikirim sejauh Belanda.

Meskipun volumenya tergolong kecil dibandingkan total produksi nasional China yang mendekati 5 miliar ton. Namun, hal yang mencolok adalah penjualan ke luar negeri justru meningkat - sementara impor menyusut - pada saat China biasanya sibuk menambah pasokan untuk menghadapi lonjakan kebutuhan listrik selama musim panas yang terik.

Dikutip dari Bloomberg yang menghimpun data dari Kantor Bea dan Cukai China, ekspor batu bara China ke Indonesia pada Januari-Mei 2025 melonjak 58% menjadi 860,6 ribu ton.

Sebelumnya, Reuters melaporkan China telah mengirimkan sedikitnya tiga kargo batubara kokas ke pengolah bahan baku di Sulawesi, Indonesia pada Mei 2025.

Ini adalah langkah yang jarang terjadi karena China biasanya adalah pengimpor utama, bukan pengekspor, bahan bakar pembuat baja ini.

Seperti diketahui, batu bara kokas merupakan salah satu bahan bakar utama dalam industri baja. Hal ini berbeda dengan batu bara thermal yang dipakai sebagai bahan bakar pembangkit umum.

Indonesia dikenal luas sebagai eksportir terbesar batu bara thermal di dunia. Namun, produksi kokas di dalam negeri sangat kecil.

Pengiriman dari China diperkirakan dijual oleh perusahaan milik negara China Shanxi Coking Coal Group. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menilai apakah batubara kokas China dapat bersaing secara ekonomi di pasar luar negeri melawan pemasok tradisional seperti Australia, Rusia, dan Mongolia, kata sumber tersebut.

Batubara itu dikirimkan ke:

  • China Risun Group, untuk digunakan di pabrik pengolahan kokas mereka di Sulawesi;

  • Hong Kong Jinteng Development Ltd, yang kemudian mengekspor batubara itu ke Indonesia;

  • Dan ke sebuah fasilitas milik Dexin Steel di Indonesia.

Pengiriman ini adalah ketiga kalinya sejak awal 2024. Langkah ini tidak biasa mengingat China adalah importir batu bara terbesar dan bukan pengekspor.

Harga batubara kokas China umumnya tidak kompetitif dibandingkan dengan produk dari Australia, Rusia, dan Mongolia, Namun, permintaan yang meningkat di Asia Tenggara, terutama di Sulawesi yang menjadi pusat pemrosesan kokas dan baja, telah membuka celah bagi penjualan batubara kokas China.

"Ini lebih seperti uji pasar daripada tren baru. Biayanya masih lebih tinggi dibandingkan pemasok utama lainnya." kata seorang pedagang internasional, dikutip dari Reuters.

Sumber perdagangan lainnya menyebutkan bahwa produksi baja yang melambat di China telah menyebabkan kelebihan pasokan batubara kokas, sehingga membuka kemungkinan ekspor, meski untuk volume kecil.

Di Indonesia, kapasitas pabrik pengolahan kokas di Sulawesi belum sepenuhnya dimanfaatkan, hanya beroperasi di sekitar 60-70%, sebagian karena pembatasan impor dari India, menurut seorang sumber industri di wilayah tersebut.

Langkah China ini menggarisbawahi bagaimana dinamika perdagangan batubara kokas global mulai bergeser, meskipun pasar percaya bahwa ekspor batubara kokas dari China ke Indonesia kemungkinan akan tetap terbatas dalam waktu dekat karena faktor biaya dan kualitas.

Impor China Menyusut

Impor batu bara China mencapai puncaknya pada tahun 2024 dengan volume lebih dari 500 juta ton. Namun, upaya China untuk memperkuat pasokan dalam negeri dengan batu bara impor justru menghasilkan bahan bakar jauh lebih banyak daripada yang bisa diserap pasar.

Akibatnya, harga batu bara lokal anjlok ke level terendah dalam empat tahun, dan laju impor kini sekitar 8% lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Impor turun karena pasokan dalam negeri yang melimpah dan turunnya konsumsi dari sektor baja.

Dari seluruh mitra dagang utama China, hanya Australia yang dikenal sebagai pemasok batu bara berkualitas tinggi yang mencatat peningkatan ekspor ke China pada Mei.

Sementara itu, pemasok terbesar China, Indonesia, justru mencatat penurunan pengiriman sebesar 26% pada bulan yang sama. Hal ini terjadi karena pembeli China mulai meninggalkan sebagian pasokan batu bara berkualitas rendah.

Data terbaru menunjukkan China hanya mengimpor batu bara Indonesia sebanyak 12,5 juta ton pada Mei 2025. Jumlah tersebut jeblok 12,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebaliknya, impor dari Australia melesat hampir 12% pada Mei 2025 sebesar 7,5 juta ton.

Melemahnya impor batu bara dari Indonesia ke China tercermin juga dalam data Badan Pusat Statistik (BPS).

Data BPS menunjukkan volume ekspor batu bara Indonesia pada April 2025 menyentuh 30,8 juta ton. Volume ekspor tersebut turun 10,13% dibandingkan pada April 2024. Sementara secara kumulatif (Januari-April 2025) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terjadi penurunan ekspor sebesar 5,79%.

Begitu pula secara nilai, ekspor batu bara anjlok 25,32% menjadi US$1,94 miliar pada Mei 2025. Secara kumulatif, nilai ekspor batu bara pada Januari-Mei 2025 jeblok 19,7% menjadi US$ 8,17 miliar.

Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ekspor batu bara Indonesia antara lain adalah permintaan yang melemah dari India dan China.

China dan India adalah pasar utama bagi ekspor batu bara Indonesia. Oleh karena itu, berkurangnya permintaan dari kedua negara tersebut menjadi penyebab utama penurunan ekspor batu bara RI.

Menanggapi pelemahan ekspor ke India dan China, Dirjen Minerba Tri Winarno mendorong pelaku usaha menjajaki pasar ASEAN, seperti Vietnam dan Malaysia, sebagai langkah diversifikasi. Namun upaya ini bukan tanpa tantangan: dari aspek kualitas, logistik, hingga daya beli yang tidak setara dengan China dan India. Bahkan laporan Energy Shift Institute menyebut permintaan batu bara Indonesia tengah memasuki "fase stagnan" jika tren transisi energi terus berlanjut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

(emb/emb)

IDX Channel.com

Tayang pada

26 Juni 2025 pukul 00.00

26/06/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Tayang pada

26 Juni 2025 pukul 00.00

26/06/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Detik Kalimantan

Tayang pada

26 Juni 2025 pukul 00.00

26/06/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

CNBC Indonesia

Tayang pada

26 Juni 2025 pukul 00.00

26/06/25

Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega

Bloomberg Technoz

Tayang pada

26 Juni 2025 pukul 00.00

26/06/25

Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh