Kompas

Tayang pada

14 Agustus 2025 pukul 00.00

Bukit Asam (PTBA) Serius Garap Hilirisasi Batu Bara Meski Tantangan Berat

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus melaju dengan strategi hilirisasi batu bara, meskipun menghadapi tekanan dari sisi fiskal dan logistik. Sejak 2014, perusahaan pelat merah ini sudah tidak lagi memosisikan diri semata sebagai penambang, melainkan sebagai penggerak industrialisasi energi nasional.

“Visi ini bukan baru dirancang hari ini. Kami sudah memulainya satu dekade lalu,” ujar Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA, Turino Yulianto, dalam pertemuan dengan pimpinan redaksi media massa di Jakarta, Kamis (7/8/2025) malam. PTBA memiliki cadangan batu bara sebesar 5,7 miliar ton, dengan sumber daya terbukti sekitar 2,9 miliar ton. Dengan kapasitas produksi sekitar 50 juta ton per tahun, cadangan ini cukup untuk lebih dari 100 tahun.

Namun, sekitar 70 persen di antaranya merupakan batu bara kalori rendah di bawah 3.000 kalori, yang secara komersial sulit dijual.

“Kami sadar dunia menghadapi dilema energi, antara ketahanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan. Batu bara yang kita miliki masih relevan sebagai sumber energi dasar dan bisa dikembangkan menjadi produk yang lebih ramah lingkungan,” jelas Turino.

Untuk itu, PTBA mengembangkan strategi dual track, yaitu tetap menjalankan tambang konvensional (jalur hitam) dan menggenjot transformasi lewat hilirisasi (jalur hijau).

Bangun Kawasan Industri di Mulut Tambang Salah satu proyek besar yang kini dijalankan PTBA adalah pembangunan kawasan industri berbasis batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, seluas hampir 600 hektar. Kawasan ini akan menjadi pusat aktivitas hilirisasi, bukan hanya menambang, tapi juga mengolah batu bara menjadi produk turunan bernilai tinggi.

Beberapa proyek yang sedang dikembangkan antara lain: Pabrik pupuk berbasis batu bara, kerja sama dengan UGM, uji coba dijadwalkan pada 21 Agustus.

  • DME (Dimethyl Ether) sebagai pengganti LPG, dengan nilai tambah sekitar 4,3 kali lipat dari batu bara mentah.

  • Synthetic Natural Gas (SNG), kerja sama dengan PGN, ditargetkan beroperasi pada 2028.

  • Material baterai kendaraan listrik, termasuk grafit buatan.

  • PLTU skala kecil dan solar cell untuk wilayah pertanian dan desa terpencil.

Tekanan Fiskal dan Harga Batu Bara

Meski agresif dalam proyek hilirisasi, PTBA tak menutup mata terhadap tekanan dari sisi fiskal dan pasar. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengatakan, beban keuangan perusahaan kian berat. “Dulu royalti 3 sampai 5 persen, sekarang sudah naik ke 40 persen.

Ada juga PPN dan rencana pungutan ekspor. Ditambah lagi wacana pajak angkutan,” ungkap Arsal.

Dari sisi harga, batu bara yang sebelumnya bisa dijual di atas 100 dollar AS per ton (sekitar Rp 1,65 juta), kini turun tajam menjadi sekitar 24,5 dollar AS atau Rp 404 ribu per ton. Penurunan harga ini berdampak langsung pada keuangan perusahaan.

“Banyak kontrak kami mengacu pada indeks ICI-5000. Saat proyeksi di angka 72 dollar AS, sekarang tinggal sekitar 24,5 dollar AS. Penurunannya drastis,” ujar Arsal.

Selain itu, kebijakan Harga Batu Bara Acuan (HBA) juga dinilai menjadi tantangan tersendiri dalam ekspor karena perbedaan harga yang cukup lebar, antara 7 hingga 9 dollar AS, yang harus tetap diperjuangkan.

Optimisme Jangka Panjang

Turino menekankan bahwa hilirisasi bukan sekadar proyek jangka pendek. "Membangun pabrik saja butuh 3 tahun, baru bisa beroperasi secara komersial di tahun keempat. Umur pabrik bisa sampai 25 tahun, jadi butuh perencanaan matang,” ujarnya.

Ia juga menyebut perlunya konsistensi regulasi dan kesamaan visi antara BUMN, pemerintah, dan swasta agar investasi besar ini dapat terwujud. “Sekali jalan, tidak bisa coba-coba. Ini proyek jangka panjang,” tegasnya.

PTBA menghitung, jika saat ini 40 juta ton batu bara menghasilkan Rp 40 triliun, maka bila diolah menjadi produk seperti DME, nilainya bisa naik hingga Rp 200 triliun. “Kami percaya, batu bara bukan akhir dari energi, tapi awal dari industrialisasi,” tutup Turino.

IDX Channel.com

Tayang pada

14 Agustus 2025 pukul 00.00

14/08/25

10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?

CNBC Indonesia

Tayang pada

14 Agustus 2025 pukul 00.00

14/08/25

4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME

Bloomberg Technoz

Tayang pada

14 Agustus 2025 pukul 00.00

14/08/25

5 Proyek Hilirisasi Bukit Asam (PTBA), Tak Cuma DME Batu Bara

Detik Kalimantan

Tayang pada

14 Agustus 2025 pukul 00.00

14/08/25

7 Provinsi Penghasil Batu Bara Indonesia, Terbesar di Kalimantan

Tribun Kaltim

Tayang pada

14 Agustus 2025 pukul 00.00

14/08/25

70 Persen Sumber Energi Indonesia Dipasok dari Kalimantan, Ekonomi dan Lingkungan Harus Seimbang

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh

Alamat Sekretariat.

Menara Kuningan Building.

Jl. H.R. Rasuna Said Block X-7 Kav.5,

1st Floor, Suite A, M & N.

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Email Sekretariat.

secretariat@apbi-icma.org

© 2025 APBI-ICMA

Situs web dibuat oleh