JAKARTA, investor.id - Research and Development ICDX Girta Yoga memprediksi, harga batu bara masih akan bergerak bearish pada pekan ini. Indikator yang dipantau antara lain kondisi permintaan di negara China dan India, kondisi pasokan terutama di Indonesia dan Australia, perkembangan kebijakan energi bersih, dan situasi di pasar gas alam.

“Harga batu bara berpotensi menemui level resistance di kisaran harga US$ 102,50 - 105,50 per ton, dan apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga US$ 100,00 - 97,50 per ton,” ungkap Yoga, baru-baru ini.

Meski demikian, Yoga mengatakan, permintaan batu bara dari India berpotensi meningkat pasca rilisnya laporan terbaru dari Asosiasi Baja India yang memperkirakan permintaan batu bara akan meningkat tajam setelah negara produsen baja terbesar kedua dunia itu menargetkan kapasitas produksi baja India mencapai 300 metrik ton pada 2030.

“Saat ini 95% konsumsi batu bara di India berasal dari industri baja,” papar Yoga.

Di China, Yoga mengatakan, impor batu bara berpotensi meningkat dipicu oleh harga batu bara di pasar domestik yang meningkat di tengah kenaikan penggunaan AC akibat gelombang panas.

Yoga mengatakan, pada pekan lalu, harga batu bara mengalami penurunan sebesar 4,63%. *Selama September, harga batu bara menunjukkan pelemahan sebesar 8,19%. “Dilihat secara ytd, harga batu bara bergerak bearish dengan mencatatkan penurunan sebesar 19,02%,” jelasnya.

Pada Jumat (12/9/2025), harga batu bara kian terpuruk dan menyentuh level terendah dalam lebih dari tiga bulan.

Yoga mengatakan, harga batu bara bergerak pada tren bearish. Sentimen utama yang mempengaruhi datang dari potensi pelemahan permintaan batu bara dari India, pasca laporan terbaru menunjukkan produksi batu bara domestik di India naik sebesar 8% pada Agustus.