Investor Daily
Tayang pada
27 Mei 2025 pukul 00.00
Bahlil Tegas soal Batu Bara, Saham Siap Bangkit?
JAKARTA, investor.id – Menteri Kementerian ESDM Bahlil Lahadalia memberikan pesan tegas soal komoditas batu bara, yang akan tetap digunakan sebagai bahan bakar utama listrik nasional sepanjang negara membutuhkan dan ruang fiskal terbatas.
Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil dalam konteks menjawab komitmen sekaligus upaya pemerintah dalam mengejar target bauran energi pada tahun ini. Seperti diketahui, pemerintah menargetkan bauran energi sebesar 23% pada 2025. Namun, target bauran tersebut kemudian direvisi menjadi 17-20%.
“Kasih tabu baik-baik, batu bara besok pun kalau memang kita masih membutuhkan listrik dan uang kita tidak ada, aku pakai lagi. Batu bara itu bukan barang haram. Kenapa susah?” tanya Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Menurut dia, saat ini negara-negara di Eropa seperti Turki masih tetap menggunakan batu bara sebagai bahan bakar listrik. Artinya, batu bara tidak boleh dipersepsikan seolah-olah seperti barang haram.
Batu bara merupakan salah satu komoditas yang dimiliki Indonesia. Bahlil mempertegas untuk tidak mempertentangkan antara (bauran energi) dan batu bara. Karena itu, sepanjang negara membutuhkan, penggunaan batu bara ditambah pun tidak apa-apa.
“Kasih tahu. Eropa juga masih pakai batu bara. Kenapa harus dibuat dikotomi? Jadi, kita akan menyesuaikan dengan kebutuhan kami dan sekarang batu bara sudah ada alat penangkap karbon (carbon capture) untuk menurunkan emisi,” tutur dia.
Ke depan, seiring dengan perkembangan teknologi, akan muncul batu bara bersih. “Jadi, kita jangan mau diadu domba. Seolah-olah barang kita kotor supaya impor barang bersih, mahal-mahal. Jadi, tolong berpikir keunggulan komparatif negara kita,” tegas Bahlil yang juga ketua umum Partai Golkar itu.
Sinyal kuat pemerintah yang disampaikan melalui Bahlil untuk menggunakan batu bara sebagai bahan bakar listrik nasional, berpotensi memberikan dampak positif kepada saham-saham batu bara di lantai Bursa. Lantas bagaimana performanya?
Saham batu bara
Sampai penutupan perdagangan Senin (26/5/2025), sebagian besar saham batu bara terpantau finish di zona merah. Di antaranya, ITMG yang ditutup melemah sebanyak 100 poin (0,44%) di level 22.400 setelah dibuka di harga 22.500.
Nasib serupa juga dialami PTBA yang melorot 10 poin (0,35%) ke posisi 2.830 dibanding perdagangan sebelumnya yang ditutup di harga 2.860. Khusus soal PTBA, riset OCBC Sekuritas merevisi asumsi untuk 2025F–2026F dengan menetapkan target harga baru sebesar Rp 2.950 (sebelumnya Rp 2.640), sambil menegaskan kembali rekomendasi hold.
“Kami menyoroti, percepatan proyek infrastruktur transportasi khususnya jalur kereta Tanjung Enim–Keramasan, yang diperkirakan akan meningkatkan volume penjualan dan struktur biaya, menjadi katalis utama bagi kinerja PTBA ke depan,” tulis OCBC dikutip, Senin (26/5/2025).
Sementara BYAN pada perdagangan Senin (26//5/2025) bergerak stagnan di posisi 19.975. Kemudian, UNTR terpangkas 225 poin (1,03) ke posisi 21.725 dari harga penutupan sebelumnya di 22.100.
Sedangkan saham AADI ditutup naik dengan penguatan sebanyak 150 poin (2,08%) ke posisi 7.350 daripada harga penutupan sebelumnya di 7.325. INDY juga parkir di teritori hijau setelah menguat 35 poin (2,38%) ke level 1.505. Namun, BUMI stagnan di level 118 dan HRUM terkikis sebanyak 5 poin (0,60%) ke level 825.
Terakhir kali dilihat, harga batu bara mengalami apresiasi sebesar US$ 0,30 (0,30%) ke posisi US$ 100,40 per ton, pulih dari titik terendah dalam empat tahun sebesar US$ 93,7 yang terjadi pada akhir April. Trading Economics mengekspektasikan, batu bara akan diperdagangkan pada harga US$ 101,05 per ton pada akhir kuartal ini.
Kpler—Firma Analisis Komoditas—dalam risetnya memproyeksikan, produksi dan ekspor batu bara nasional berpotensi melonjak signifikan dari target 2025 jika berkaca pada data sejak awal tahun. Ini sejalan dengan potensi tidak tercapainya target produksi beberapa emiten paralel dengan melemahnya produksi pada kuartal I-2025.
“Kami memprediksi harga batu bara berpotensi diperdagangkan flat di kisaran US$ 90-100 per ton selama 2025, dengan asumsi lemahnya aktivitas industri di Asia—terutama India dan China—seiring kebijakan tarif AS dan tingginya persediaan batu bara China,” tulis firma tersebut.
Sumber:
Artikel Lainnya
IDX Channel.com
Tayang pada
10 Emiten Batu Bara Paling Cuan di 2024, Siapa Saja?
CNBC Indonesia
Tayang pada
4 Perusahaan China Tertarik Ubah Batu Bara RI Jadi DME
CNBC Indonesia
Tayang pada
Ada Aturan Baru Royalti Batu Bara, BUMI-Adaro Bisa Bernapas Lega
Bloomberg Technoz
Tayang pada
Ada Donald Trump di Balik Kenaikan Harga Batu Bara
Kontan
Tayang pada