Tayang pada
22 September 2025 pukul 00.00
HBA, Regulasi, dan Keberlanjutan Jadi Sorotan Panel CT Asia 2025
Bali, 22 September 2025 – Industri batubara Indonesia saat ini menghadapi dinamika yang kompleks, mulai dari fluktuasi harga global, tuntutan transisi energi, hingga kebutuhan kepastian regulasi. Dalam konteks tersebut, Coaltrans Asia (CT Asia) 2025 menjadi forum penting untuk mempertemukan pemangku kepentingan dan membahas arah kebijakan serta masa depan industri.
Pada sesi panel utama bertajuk “Coal at a Crossroads: HBA, Regulation, and the Future of Indonesia’s Coal Market,” hadir pembicara kunci dari berbagai sektor, yaitu Surya Herjuna (Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara, Kementerian ESDM), Haryanto Damanik (Sekretaris Jenderal APBI-ICMA), Alexander Wibowo (PT Bayan Resources), Versica Hutanto (Commercial Director PT Bukit Asam Tbk.), dan M. Kurnia Ariawan (Presiden Direktur PT Kideco Jaya Agung).
Dari sisi regulator, Surya Herjuna menegaskan pentingnya keseimbangan antara kewajiban Domestic Market Obligation (DMO), kepastian formula Harga Batubara Acuan (HBA), serta rencana hilirisasi untuk menjaga ketahanan energi nasional dan penerimaan negara. “Regulasi yang adaptif namun konsisten menjadi kunci agar industri tetap kompetitif di tengah dinamika global,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal APBI-ICMA, Haryanto Damanik, menyampaikan bahwa HBA memiliki peran strategis, bukan hanya sebagai instrumen harga perdagangan tetapi juga acuan kontrak jangka panjang dan perhitungan PNBP. “Kepastian regulasi sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat merencanakan produksi, ekspor, maupun pemenuhan pasar domestik secara lebih terukur. Pada akhirnya, stabilitas regulasi juga akan mendukung kontribusi industri terhadap penerimaan negara,” jelasnya.
Lebih lanjut, Haryanto menekankan bahwa anggota APBI-ICMA telah mengambil langkah-langkah adaptif menghadapi transisi energi global, melalui diversifikasi pasar, peningkatan efisiensi rantai pasok, serta penyusunan roadmap keberlanjutan. “Forum seperti CT Asia berperan penting sebagai ruang dialog, agar kebijakan pemerintah dan strategi industri dapat saling menguatkan,” tambahnya.
Sementara itu, para perwakilan perusahaan menyoroti tantangan dan peluang dari sisi operasional, perdagangan, dan strategi jangka panjang. Alexander Wibowo (PT Bayan Resources) menyoroti dampak fluktuasi harga dan cuaca ekstrem terhadap rantai pasok. Versica Hutanto (PT Bukit Asam Tbk.) menekankan pentingnya kepastian harga dalam menjaga kepercayaan pembeli internasional, sedangkan M. Kurnia Ariawan (PT Kideco Jaya Agung) menegaskan bahwa efisiensi dan inovasi teknologi menjadi fondasi keberlanjutan bisnis.
Diskusi panel ini menunjukkan bahwa masa depan industri batubara Indonesia tidak hanya ditentukan oleh harga dan regulasi, tetapi juga oleh kemampuan semua pihak untuk berkolaborasi, beradaptasi, dan menjaga keseimbangan antara kepentingan energi nasional serta komitmen keberlanjutan global.