Tayang pada
26 Agustus 2025 pukul 00.00
Peran Perempuan dan Human Capital di Industri Pertambangan
Mining Talk digelar dengan mengangkat tema “Human Capital and Women Leadership in Mining” sebagai wadah diskusi lintas pemangku kepentingan dalam industri pertambangan. Acara ini terselenggara atas kolaborasi PT Petrosea Tbk bersama ASPINDO dan mitra strategis lainnya, dengan menghadirkan sejumlah narasumber inspiratif yang berbagi pandangan mengenai penguatan peran sumber daya manusia, khususnya kepemimpinan perempuan di sektor tambang (26/8).
Dalam sambutannya, Lia Indriasari, Country Manager Pamerindo Indonesia, menekankan bahwa industri pertambangan saat ini tengah menghadapi tantangan besar, mulai dari kebutuhan inovasi, transformasi digital, hingga dorongan keberlanjutan. Untuk itu, pembangunan human capital yang adaptif dan berdaya saing menjadi kunci, termasuk mendorong peran perempuan yang semakin signifikan di berbagai lini.
Diskusi menghadirkan tiga panelis utama: Noormaya Muchlis, Executive Director Women in Mining and Energy Indonesia; Retno Nartani, Director Corporate HSE Sinarmas Mining; dan Elviera Putri, Head of Safety Asia Thiess. Sesi ini dimoderatori oleh Gita Mahyarani, Plt. Direktur Eksekutif APBI-ICMA, yang turut merepresentasikan peran asosiasi dalam mendukung penguatan SDM dan kepemimpinan perempuan di sektor pertambangan.
Maya menyoroti pentingnya human capital development yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada soft skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen perubahan. Ia menegaskan bahwa perusahaan perlu menciptakan ekosistem yang mendorong pengembangan talenta muda, baik laki-laki maupun perempuan, agar industri tetap kompetitif di tengah transformasi energi.
Sementara itu, Retno mengangkat isu tantangan dan peluang perempuan dalam kepemimpinan pertambangan. Menurutnya, meski masih ada bias gender yang harus diatasi, semakin banyak perusahaan tambang kini membuka ruang lebih luas bagi perempuan di posisi strategis. Ia menekankan bahwa kepemimpinan perempuan mampu membawa perspektif berbeda, khususnya dalam membangun budaya kerja yang lebih kolaboratif, inklusif, dan berorientasi pada keberlanjutan.
Di sisi lain, Elviera menekankan pentingnya membangun role model dan jaringan dukungan (support system) bagi perempuan di industri pertambangan. Ia mendorong perusahaan untuk serius menyiapkan kebijakan ramah keluarga, program mentoring, serta ruang pengembangan diri, sehingga perempuan dapat berkembang tanpa harus mengorbankan peran domestik. Menurutnya, lingkungan kerja yang inklusif akan berdampak langsung pada meningkatnya produktivitas dan loyalitas karyawan.
Gita selaku Modertaor juga mengapresiasi keaktifan para peserta yang memberikan pertanyaan dan masukan. Meskipun tidak semua pertanyaan sempat terjawab, terdapat satu benang merah yang mengemuka: masa depan industri pertambangan tidak hanya ditentukan oleh teknologi dan modal, tetapi juga oleh keberagaman, inklusi, dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Diskusi kemudian ditutup dengan pesan kuat: “When women rise, we all rise.” Ketika perempuan diberi ruang dan kepercayaan, bukan hanya mereka yang maju, melainkan seluruh industri turut bergerak bersama menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.
Forum ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam memperkuat peran perempuan di industri pertambangan Indonesia sekaligus mendorong transformasi human capital yang lebih inklusif dan berdaya saing.