Bali, 22 September 2025 — CT Asia 2025 resmi digelar di Bali sebagai forum strategis yang mempertemukan para pelaku usaha, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan global di sektor energi. Dengan sejarah panjang sejak 1995, forum ini terus menjadi ruang penting bagi industri batubara untuk memperkuat kolaborasi, membahas dinamika pasar, serta merumuskan arah ke depan di era transisi energi.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Tri Winarno, menegaskan peran penting batubara bagi perekonomian nasional. Kontribusinya terhadap penerimaan negara tetap menempati posisi strategis dibandingkan sektor lainnya, dengan peran besar baik dari pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Dari sisi produksi, Indonesia rata-rata menghasilkan sekitar 700 juta ton batubara per tahun. Dengan cadangan yang ada, umur batubara nasional diperkirakan masih sekitar 45 tahun, bahkan bisa mencapai 185 tahun jika seluruh resources dapat dikonversi menjadi reserves.

Tri juga menyoroti bahwa batubara masih menjadi tulang punggung energi nasional, khususnya untuk pembangkit listrik, sekaligus mendukung industri semen, kertas, tekstil, dan sektor lainnya. Konsumsi domestik diperkirakan terus meningkat hingga 300 juta ton per tahun dalam lima tahun ke depan, seiring pertumbuhan industri smelter yang mendorong kebutuhan tambahan batubara.

Meski demikian, pemerintah tetap menekankan arah kebijakan energi menuju target net zero emission 2060. Batubara diarahkan menjadi energi yang lebih bersih melalui penerapan teknologi PLTU super kritikal dan ultra kritikal, serta pengembangan hilirisasi dengan berbagai proyek potensial, seperti Dimethyl Ether (DME), metanol, pupuk asam humat, hingga artificial graphite. Langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk menjaga ketahanan energi sekaligus memastikan transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Sejalan dengan arah tersebut, dari sisi industri, Ketua Umum APBI-ICMA, Priyadi, menegaskan bahwa CT Asia 2025 hadir sebagai wadah strategis untuk menguatkan sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha. “Forum ini memberi ruang bagi industri dan pemerintah untuk berdiskusi secara terbuka, berbagi pengalaman, dan mencari solusi praktis. Harapannya, apa yang didiskusikan di CT Asia tidak hanya berhenti sebagai wacana, tetapi dapat diterjemahkan menjadi langkah nyata demi keberlanjutan dan daya saing industri batubara Indonesia,” ujarnya.

CT Asia 2025 pun diharapkan menjadi tonggak penting dalam perjalanan industri batubara, yang tidak hanya berkontribusi pada ketahanan energi nasional, tetapi juga pada transformasi menuju energi yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan.