Rusia Berulah, Harga Batu Bara Nyaris Cetak Rekor Baru

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220823061225-17-365748/rusia-berulah-harga-batu-bara-nyaris-cetak-rekor-baru

 

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melambung dan semakin mendekati rekor tertingginya. Pada perdagangan Senin (22/8/2022), harga batu kontrak September di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 445,5 per ton. Harga batu bara menguat 0,39% dibandingkan Jumat pekan sebelumnya.

Harga tersebut hanya berjarak S$ 0,5 dari rekor tertingginya yang tercipta pada 2 Maret 2022 (US$ 446 per ton). Harga pasir hitam sempat menyentuh rekor baru saat diperdagangkan di harga US$ 452 per ton tetapi harganya kemudian melandai menjelang penutupan.

Penguatan kemarin memperpanjang tren positif batu bara yang sudah berlangsung dalam dua pekan. Sejak 8 Agustus, harga batu bara terus menguat dan hanya sekali jatuh pada Kamis pekan lalu.

Secara keseluruhan, harga batu bara sudah melonjak 8,5% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara melesat 11,6% sementara dalam setahun terbang 174,6%.

Penguatan batu bara dipicu oleh sejumlah faktor mulai dari lonjakan harga gas di Eropa, persoalan energi di Jerman, hingga kekeringan di China.

Harga gas Eropa kembali melambung kemarin setelah perusahaan gas Rusia Gazprom mengumumkan jika mereka akan kembali memutus aliran gas ke Eropa melalui jaringan Nord Stream 1 selama tiga hari mulai 31 Agustus-2 September 2022.

Gazprom beralasan pemutusan jaringan gas demi alasan perawatan. Namun, tidak sedikit yang menduga jika langkah tersebut adalah bagian strategi Rusia untuk melemahkan Eropa.

Keputusan Gazprom langsung menimbulkan kepanikan di pasar. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) naik lebih dari 30% kemarin dan sempat melambung ke rekor tertingginya di 292 euro per megawatt-jam (MWh).

Pemutusan aliran gas akan semakin memperparah krisis gas di Eropa. Benua Biru saat ini masih berjuang memenuhi pasokan gas untuk musim dingin di tengah kapasitas aliran Gazprom yang hanya 20%.

Batu bara yang merupakan sumber energi alternatif bagi gas pun kemudian harganya ikut melonjak. Sebagai catatan, Gazprom juga menghentikan pasokan gas melalui jaringan Nord Stream 1 pada 11-21 Juli 2022 karena alasan perawatan.

"Pasar mungkin mengesampingkan pernyataan Gazprom jika perawatan hanya sementara. Mereka mulai berpikir bagaimana jika situasi ini berlangsung selamanya atau operasional terus tertunda," ujar Biraj Borkhataria dari RBC Capital Markets, seperti dikutip dari Bloomberg.

Persoalan gas Eropa sudah membuat pemimpin-pemimpin Benua Biru kelabakan. Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan jika negaranya akan mengalami masa yang sangat sulit selama 10 musim dingin mendatang.

Dia juga mengkhawatirkan jika ribuan rumah tangga di Belgia akan kesulitan membayar tagihan listrik karena meroketnya harga energi. Harga listrik di Belgia saat ini sudah menembus 600 euro per MWh yang merupakan rekor tertingginya sepanjang sejarah.

De Croo berharap masyarakat Belgia tidak akan kedinginan selama musim dingin karena berkurangnya pasokan listrik.

"Musim dingin selama lima atau 10 tahun mendatang akan menjadi masa-masa yang sangat sulit. Sektor industri mungkin akan mengalami kesulitan yang sangat serius karena lonjakan harga energi," tutur De Croo, kepada The Brussels Time.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga sudah mengingatkan warganya jika mereka akan menghadapi lonjakan harga energi untuk musim dingin tahun ini.

Situasi di Jerman lebih parah karena besarnya ketergantungan Deutschland kepada pasokan energi Rusia. Harga patokan listrik Jerman sudah tembus di atas 700 euro per MWh untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Jerman akan mulai menghidupkan kembali pembangkit batu bara mereka minggu depan untuk menambah pasokan energi. Mereka kemungkinan tetap memilih untuk beralih ke batu bara dibandingkan tenaga nuklir.

Dilaporkan Deutsche Welle, pembangkit batu bara Heyden di Petershagen, dekat Hanover akan beroperasi kembali pada 29 Agustus mendatang. Sejumlah pembangkit juga akan dihidupkan kembali dalam beberapa pekan ke depan untuk mengkompensasi pengurangan gas.

Jerman sudah menargetkan pengurangan konsumsi gas sebesar 20% untuk menghindari krisis listrik pada musim dingin.

"Eropa kini menghadapi krisis gas dan listrik secara bersamaan. Kita seperti kehilangan objektivitas untuk menggambarkan kecepatan kenaikan energi," tulis Timera Energy dalam laporannya.

Sementara itu, kekeringan di China dilaporkan semakin parah. Cuaca panas membuat permukaan Sungai Yangtze menyusut tajam sehingga mengurangi kapasitas pembangkit listrik tenaga air. Kekeringan juga menghambat lalu lintas pengiriman barang hingga operasional perusahaan.

Berkurangnya kapasitas pembangkit listrk tenaga air sangat berdampak besar terhadap wilayah Sichuan yang menggantungkan 80% pasokan energinya kepada hydropower.

Pekan lalu, Sichuan sudah membatasi atau bahkan memutuskan pasokan listrik kepada ribuan perusahaan. Toyota, Foxconn, dan Tesla adalah beberapa perusahaan yang terdampak dari pembatasan tersebut.

Di saat pasokan dari pembangkit listrik tenaga air berkurang, panasnya cuaca membuat permintaan listrik meningkat tajam. Untuk mengatasi pasokan listrik, Wakil Perdana Menteri China Han Zheng mengatakan jika pemerintah akan meningkatkan pasokan listrik dari pembangkit batu bara mereka.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Related Regular News: