Tak Kuasa Hadapi Virus Corona, Harga Batu Bara Turun Tajam

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200202102704-17-134530/tak-kuasa-hadapi-virus-corona-harga-batu-bara-turun-tajam

 

Harga batu bara terus melanjutkan tren koreksinya dalam sepekan terakhir. Merebaknya virus corona serta masih sepinya aktivitas perdagangan saat libur imlek jadi tekanan untuk harga si batu hitam.

Pada perdagangan hari terakhir pekan kemarin Jumat (31/1/2020), harga batu bara kontrak acuan ICE Newcastle ditutup melemah tipis 0,08% dibanding posisi penutupan sehari sebelumnya.

Harga batu bara terakhir menyentuh level US$ 66,3/ton. Koreksi terjadi sepanjang minggu, sepekan kemarin harga anjlok 1,85%. Jika dihitung sejak cetak rekor tertinggi pada 13 Januari lalu, harga telah melorot 14%.

 

China saat ini memang dalam masa liburan tahun baru imlek. Libur imlek merupakan momen untuk warga China berkumpul dengan sanak saudara layaknya Idul Fitri di tanah air. Pemerintah China menetapkan libur selama satu minggu.

Namun ada yang berbeda pada libur tahun baru kali ini. Tahun baru yang biasanya diwarnai dengan keramaian karena perayaan, imlek tahun ini China berubah menjadi tempat yang sangat menyeramkan di beberapa daerah terutama Wuhan.

Kota Wuhan yang dihuni oleh lebih dari 11 juta penduduk kini berubah menjadi kota paling mengerikan di dunia saat ini. Virus corona baru yang menjangkiti kota tersebut telah membuat lebih dari 10.000 orang terinfeksi.

Virus corona tak hanya meluas ke kota-kota lain di China saja. Namun kini virus telah menyebar ke berbagai negara. Walau jumlah kasus infeksi yang dilaporkan tak separah di China, saat ini sudah ada lebih dari 25 negara yang positif terjangkit virus penyebab pneumonia ini.

Virus corona memang sudah pada fase mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mendeklarasikan situasi darurat global merespons penyebaran virus corona yang semakin meluas.

Mengacu pada data dashboard John Hopkins CSSE yang di-update kemarin, saat ini sudah ada 14.514 kasus yang dilaporkan. Jumlah korban meninggal mencapai 304 orang. Sementara jumlah orang yang dikabarkan sembuh ada 304.

Walau tak semematikan SARS, virus ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam kurun waktu sebulan jumlah kasus yang dilaporkan meningkat pesat dan telah malampaui kasus SARS secara global.

Kejadian ini telah menyita perhatian seluruh dunia. Akibat epidemi ini rantai pasok jadi terganggu dan sektor transportasi terkontraksi. Akibatnya mulai banyak ekonom yang meramal ekonomi China dalam bahaya.

Bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan wabah ini dapat memukul perekonomian Negeri Panda hingga 0,4 persen poin pada 2020. Penurunan ekonomi China juga akan dirasakan oleh Paman Sam.
 

aReuters melaporkan, Goldman Sachs menyebut ekonomi AS juga akan kena imbasnya dan berpotensi turun 0,4 persen poin pada kuartal pertama tahun ini. Namun ekonomi AS berhasil kembali pulih dan dampaknya ke perekonomian AS dalam satu tahun 2020 tak terlalu signifikan.

"Dapat dipastikan (wabah) virus corona akan menurunkan pertumbuhan ekonomi China dan permintaan terhadap komoditas pada kuartal ini" kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan.

Merebaknya virus corona yang berpotensi hantam perekonomian China tentu bukan kabar yang baik untuk komoditas. Pasalnya, sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia China merupakan negara dengan konsumsi komoditas terbesar di dunia, salah satunya batu bara. Hal ini tentu membuat pasar komoditas jadi was-was.

Related Regular News: