Harga Batubara Bakal Sulit Membara Tahun Ini

Sumber :  https://insight.kontan.co.id/news/harga-batubara-bakal-sulit-membara-tahun-ini?page=all

KONTAN.CO.ID 10 Januari  2020 memberitakan bahwa harga  batubara di pasar dalam negeri yang tercermin dalam harga batubara acuan (HBA) melemah pada awal tahun ini. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA pada Januari 2020 sebesar US$ 65,93 per ton atau turun tipis 0,55% dibandingkan posisi Desember 2019 yang tercatat US$ 66,3 per ton.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan, fluktuasi harga bulanan batubara masih di bawah 2% dan terbilang wajar. Apalagi HBA terbentuk dari rerata empat indeks harga batubara, yakni Indonesia Coal Index, Newcastle Export Index, Global Coal Newcastle Index dan Platss 5900 GAR.

Dengan melihat kondisi pasar sekarang, Singgih memprediksikan harga batubara masih sulit membara di sepanjang tahun ini. Ada sejumlah alasan mengapa harga batubara enggan melambung pada tahun 2020.

"Pola rebound harga batubara di kuartal pertama, bahkan di sepanjang 2020 tidak mudah. Banyak dasar rebound harga ini bukan hal yang mudah dalam waktu cepat," ungkap dia kepada KONTAN, Selasa (7/1).

Alasan pertama, pola pasar ekspor batubara Indonesia yang masih bersandar kepada China dan India. Menurut Singgih, sensitivitas kebijakan dari kedua negara itu dalam mengelola produksi batubara di dalam negerinya berpengaruh sangat kuat atas ketidakpastian bagi pasar dan harga di Indonesia.

Kedua, substitusi batubara ke energi alternatif, khususnya gas. Singgih menilai, kondisi itu juga berpengaruh terhadap pembentukan pasar dan harga batubara. "Bagaimana pun hal itu mempengaruhi. Jadi untuk rebound harga batubara adalah bagaimana menjawab kebijakan sensitivitas China atas impor juga arah harga dan pasar gas," ujar dia.

Ketiga, permintaan batubara tahun 2020 diprediksi hanya tumbuh tipis dibandingkan volume 2019. Sebaliknya, pertumbuhan produksi batubara Indonesia berpotensi lebih tinggi ketimbang pertumbuhan permintaan. Alhasil, kelebihan pasokan atau oversupply bisa terus berlanjut. Melihat kondisi itu, Singgih memprediksi rerata harga batubara di tahun 2020 tidak jauh berbeda dari tahun lalu, yakni berkisar US$ 70 hingga US$ 80 per ton.

Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengamini jika harga batubara masih akan sulit bergerak naik pada tahun ini. Bahkan, dia memperkirakan, harganya bisa berada di kisaran US$ 60 hingga US$ 80 per ton. Pasalnya, ketidakseimbangan antara pertumbuhan produksi dan permintaan menjadi penyebabnya.

"Prediksi harga di 2020 belum akan berbeda dengan 2019. Faktor besarnya adalah supply dan demand," ungkap dia.

Hal senada diutarakan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia. Dia melihat kondisi pasar yang oversupply membuat harga batubara masih tertekan. "Oversupply datang dari Indonesia dan Australia," sebut Hendra.

Namun dia optimistis pergerakan harga dan pertumbuhan permintaan di bulan berikutnya akan membaik. "Sementara permintaan masih lemah. Kemungkinan kondisi ke depan lebih baik," ujar dia

Hendra bilang, masih akan ada pertumbuhan permintaan batubara yang dipicu peningkatan kapasitas pembangkit listrik di kawasan Asia, khususnya Vietnam dan Indonesia. Dengan begitu, APBI memproyeksikan rerata harga batubara di tahun ini terjaga di atas US$ 70 per ton. "Karena demand meningkat, kami berharap harga bisa di atas US$ 70," ujar Hendra.

Realisasi produksi batubara membengkak

Realisasi produksi batubara nasional menembus rekor tertinggi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sepanjang tahun 2019 produksi emas hitam tersebut mencapai 610 juta ton.

Jumlah itu setara 124,74% dari target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2019 yang diproyeksikan mencapai 489 juta ton. Pencapaian itu juga naik 9,51% dibandingkan realisasi produksi batubara 2018 di posisi 557 juta ton.

Angka ini mencetak rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Selama 2014-2017, realisasi produksi batubara masih terjaga di angka 460-an juta ton.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah awalnya memang mengalokasikan kuota produksi batubara di bawah 500 juta ton. "Sebetulnya alokasi produksi tahun 2019 di bawah 500 juta, namun pada pelaksanaannya banyak yang melebihi," kata dia, Kamis (9/1).

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menambahkan, realisasi produksi membengkak seiring maraknya peningkatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) ke tahap operasi produksi. Perusahaan pemegang IUP itu berada di bawah pengawasan pemerintah provinsi.

"Realisasi produksi tahun 2019 memang besar, karena secara natural IUP di pengawasan provinsi meningkat ke tahap produksi," kata dia.

 

Related Regular News: