
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara diperkirakan akan bergerak stagnan di bawah level psikologis US$ 400 per ton pada pekan ini.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (14/10/2022), harga batu bara kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 397,5 per ton. Harganya menguat tipis 0,63%. Dalam sepekan, harga batu bara masih menguat 4,56% secara point to point. Harga batu bara juga sudah ambles 9,5% sebulan tetapi masih menguat 56,7% dalam setahun.
Jika menghitung pergerakan dalam sepekan maka penguatan batu bara pada pekan lalu adakah yang pertama kalinya sejak pekan ketiga Agustus 2022. Enam pekan sebelumnya, harga batu bara selalu kandas.
Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara akan bergerak di kisaran US$ 370-390.
"Faktor utamanya karena memang market melihat inflasi yang masih tinggi di tingkat global sehingga masih menandakan tekanan resesi yang kuat," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
Ancaman resesi terus disampaikan oleh sejumlah lembaga. Pekan lalu, JPMorgan CEO Jamie Dimon memperkirakan Amerika Serikat (AS) akan memasuki resesi pada 6-9 bulan ke depan. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan jika sepertiga perekonomian dunia akan mengalami kontraksi pada tahun depan.
IMF memangkas pertumbuhan global pada 2023 menjadi 2,7% dari proyeksi di Juli sebesar 2,9%. Namun, IMF masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan global untuk 2022 di angka 3,2%. Pertumbuhan global sudah direvisi sebanyak tiga kali yakni pada April, Juli, dan Oktober.
Zudhi menambahkan membaiknya pasokan gas di Eropa juga meredam kenaikan harga batu bara. Sebagai catatan, harga batu bara sempat melonjak selama September 2022 karena kekhawatiran menipisnya pasokan gas di Eropa.
"(Kenaikan harga gas) Sudah ter price in ke kenaikan harga beberapa waktu lalu. (Faktor penggerak harga batu bara) Lebih kena ke faktor resesinya untuk short term ini dan kemampuan Uni Eropa untuk winter stocking yang cukup baik," ujarnya.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) anjlok 9,1% sepekan ke 142 euro per megawatt-jam (MWH) pada pekan lalu. Harga tersebut adalah yang terendah dalam 3,5 bulan.
Membaiknya harga gas karena adanya tambahan gas alam cair dari AS dan Norwegia. Prancis juga telah mengirim gas ke Jerman untuk pertama kalinya sebagai langkah solidaritas. Pengiriman tersebut diharapkan bisa menambah pasokan gas sekaligus mencegah shortfall pasokan energi untuk musim dingin.
Kapasitas storage gas Jerman kini sudah terisi 95% sementara Eropa rata rata menyentuh 90,1%. Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga pelemahan harga gas langsung menyeret harga batu bara ke bawah. Eropa juga sepakat untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan listrik sebesar 10% pada jam-jam sibuk dari Desember 2022 hingga Maret 2023 untuk menghemat pasokan.
"Jika kita bisa mendatangkan gas dan musim dinginnya tidak terlalu dingin maka kita bisa mengelola pasokan dengan aman," tutur Anne-Sophie Corbeau dari Columbia University's Center on Global Energy Policy, seperti dikutip dari S&P Global.
Meski bergerak stagnan cenderung melemah, harga batu bara juga tidak akan anjlok terlalu drastis karena masih ada persoalan pasokan akibat cuaca.
Curah hujan yang tinggi akibat fenomena La Nina diperkirakan akan mengganggu produksi dan distribusi di Indonesia dan Australia dan Indonesia. Kedua negara merupakan eksportir terbesar untuk batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA