
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melesat. Pada perdagangan Rabu (20/7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 382,15 per ton, lompat 3% dibandingkan hari sebelumnya. Penguatan ini memperpanjang tren positif yang sudah berlangsung sejak Selasa pekan ini.
Meski begitu, harga batu bara masih amblas 10.9% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga melandai 0,03% sementara dalam setahun masih melesat 153,1%.
Kembali menguatnya harga batu bara masih ditopang oleh persoalan pasokan gas di Eropa serta kebijakan China membangun pembangkit listrik batu bara.
Dilansir dari BBC, Komisi Uni Eropa sudah meminta negara-negara di Benua Biru untuk mengurangi pemakaian gas hingga 15% pada periode Agustus-Maret 2022. Langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi terpangkasnya pasokan gas dari Rusia lebih lama daripada yang direncanakan.
Menurut Komisi Eropa, Rusia bisa dengan sengaja memperpanjang perbaikan pipa sebagai balasan atas sanksi negara Uni Eropa.
Seperti diketahui, jaringan gas milik perusahaan Rusia Gazprom tersebut sudah diperbaiki sejak 11 Juli dan direncanakan selesai pada Kamis hari ini (21/7/2022).
Namun, Gazprom telah memberitahu kepada negara-negara Eropa jika mereka tidak bisa menjamin pasokan gas sesuai tepat waktu karena alasan "extraordinary".
Komisi Eropa juga meminta negara di kawasan tersebut untuk mencari sumber energi alternatif, seperti nuklir dan batu bara, untuk menjaga pasokan energi di kawasan tersebut.
"Rusia sedang mengancam kita, Mereka menggunakan energi sebagai senjata. Namun, Eropa harus siap jika Rusia memangkas gas sebagian atau seluruhnya," tutur Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, seperti dikutip dari BBC.
Sejumlah negara Uni Eropa seperti Jerman, Belgia, hingga Belanda, sudah memutuskan untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik mereka untuk mengantisipasi pasokan listrik pada musim dingin.
Electricity Market Report memperkirakan penggunaan pembangkit listrik batu bara di Eropa akan melonjak 8% pada tahun ini. Sebaliknya, penggunaan gas sebagai sumber pembangkit akan turun sekitar 7%.
Meningkatnya penggunaan batu bara pada pembangkit listrik di Eropa akan membuat permintaan akan batu hitam naik sehingga harga terdongkrak.
Harga batu bara juga merangkak naik karena kebijakan Beijing untuk membangun pembangkit listrik batu bara sebesar 8,63 Giga Watt (GW).
Dilansir dari Reuters, kajian Greenpeace menunjukkan pemerintah China telah memberikan lampu hijau untuk pembangunan pembangkit tersebut pada kuartal I-2022. Kapasitas pembangkit tersebut hampir setengah dari total pembangunan pembangkit listrik batu bara untuk keseluruhan 2021.
Besarnya kapasitas pembangkit bisa meningkatkan permintaan batu bara dari China sehingga pasar semakin ketat.
TIM RISET CNBC INDONESIA